Sebagai dokter spesialis THT yang sudah berpuluh tahun praktek, menghadapi pasien Tinnitus adalah “SESUATU“.
Let’s get started.
Tinnitus adalah suatu gejala berupa mendengar bunyi tanpa sumber bunyi. Bila kurang dari 5 menit, misalnya saat di ruangan sepi dan saat di dalam lift terdengar denging, maka itu masih normal. Tetapi bila tinnitus terdengar berjam-jam, berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun tahun maka itu sudah pasti tidak normal.
Should you see ENT doctors ? Off course dear.
Penyebab Tinnitus
- Telinga kotor bisa mengakibatkan denging and very easy to solve. Membersihkan kotoran telinga yang membatu semudah membalikkan telapak tangan bagi dokter THT, namun jangan sekali kali diusaha-usahan sendiri. Kotoran akan makin masuk dan makin padat, bisa juga terluka dan bengkak, nyeri jadinya. “Dont talk about money”. Menemui dokter THT periksa dan mendapatkan tindakan profesional tidak harus pakai uang, bisa pakai BPJS. Jangan jadikan alasan uang sebagai penyebab tidak mau periksa.
- Infeksi pada telinga. Infeksi pada telinga luar (otitis externa), telinga tengah (otitis media) dan masalah pada telinga dalam bisa menjadi penyebab tinnitus juga. Dan menyelesaikan ini juga porsinya dokter THT. Jangan dikarang-karang sendiri dan berusaha-berusaha sendiri, you don’t have any competency on these.
- Gangguan metabolik. Penyakit seperti Hipertensi, hipotensi, diabetes melitus, atau hipoglikemi, gangguan lipid darah, bisa mengakibatkan aliran oksigen dan nutrisi via aliran darah ke mesin pendengaran (cochlea) terganggu. Keruskan cochlea akan berakibat gangguan pendengaran dan ketulian bila tidak disegerakan diatasi. Lebih dari 1 bulan tinnitus akibat gangguan metabolik ini bisa berakibat tinntus permanen. Apa artinya permanen ? Berobat ke Amerika pun sudah tidak bisa sembuh. And then you have to “BERSAHABAT dengan DENGING”.
- Stroke atau gangguan aliran darah ke cortex otak bagian pendengaran juga mengakibatkan tinnitus.
- Psikis. Memang masalah psikis ini sering dianggap hal abstrak yang sulit di hubungkan secara langsung dengan telinga mendenging. Tapi apakah anda sadar lebih dari 50 % pasien tinnitus secara metabolik, infeksi atau kotor telinga tidak ditemukan penyebabnya? Lalu apa dong penyebabnya? PSIKIS boss ! Apa lagi setelah terkena tinnitus, gangguan dengingnya itu sendiri menambah stress penderita. Betapa “lingkaran setan“.
Priinsipnya ini saya akan berusaha memutus “lingkaran setan” tadi, saya akan berusaha agar psikis sebagai sebab, tidak berlanjut menjadi denging permanen. Bila denging sudah permanen saya akan berusaha agar dengingnya tidak mengakibatkan stress berkepanjangan. Bukankah hal ini bisa mengurangi pengeluaran “biaya mengobati” yang tidak ada hasilnya ?
Sebagai dokter THT berkompetenkah saya mengobati masalah psikis, ada namanya Cognitive Behavioral Therapy, saya akan gunakan teknik ini.
Dokter THT dengan pengetahuan akan seluk beluk tinnitus, sangat bisa memberikan pengertian pada pasien bahwa apa yang dia derita itu tidak berbahaya. Akankah Dokter THT bisa mengikis habis “bawah sadar” pasien yang selalu merasa bahwa tinnitus ini penyakit “apes”? Bisa, karena ini bukan penyakit apes sama sekali.
Apa itu Cognitive Behavioral Therapy (CBT) ?
Teknik CBT ini sering digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan seperti SAD (Social anxiety disorder), GAD (generalized anxiety disorder), fobia, dan gangguan panik.
Selanjutnya saya akan melakukan psikoterapi terhadap pasien tinnitus dan GERD dengan teknik psikoterapi CBT ( Cognitive Behavioral Therapy ).