Kenapa bila Nggliyeng perlu Periksa ke Dokter THT

Dizziness atau nggliyeng bisa disebabkan banyak hal, misalnya tensi rendah, efek samping obat dan banyak sebab lainnya,

organ vestibuler

Contoh kasus, seorang pasien merasa ruangan berputar , mual, muntah dan merasa goyang saat berdiri. Pasien menyangkal adanya rasa tebal, kelemahan anggota badan, dan gangguan bicara. Pasien selalu memejamkan mata memilih tiduran dan tidak menggerakkan kepala.
Ini vestibular Neuritis atau gejala awal dari stroke? Vestibular neuritis self limiting disease, sedangkan stroke sangat mengancam jiwa. Terus bagaimana mengerikan atau biasa aja ?

Periksa Lab darah, CT- scan, MRI perlukah ?
Padahal pada FAST (Face, arm, speech, time) tidak menunjukkan adanya gambaran stroke.

Sebaiknya pemeriksaan fisik THT & keseimbangan dipastikan, sebelum lab darah dan radiologis, apalagi pada pasien yang tidak memiliki biaya.

Sebenarnya membedakan vestibular disorder dgn BPPV, efek samping obat, bradikardia, serangan panik, gangguan metabolik Iain cukup sulit.

Secara definisi vertigo adalah sensasi terasa ruangan yan berputar atau kita yang bergerak memutar terhadap ruangan. Kalau dizziness belum sampai rasa berputar.

Pertolongan pertama dizziness/ vertigo

  1. Minum bila sebabnya dehidrasi
  2. minum manis bila sebabnya hipoglikemi.
  3. segera duduk atau tiduran
  4. jangan menggerakkan kepala tiba -tiba.
  5. Bila karena stress
    segera ditenangkan.
  6. segera berpegangan bila saat serangan.
  7. Bila kejadian sering hindari kopi, alkohol maupun nikotin.
  8. minum obat anti vertigo

Kapan segera harus menemui dokter

  1. kalau vertigo menetap atau berulang
  2. Kita tidak tahu penyebabnya
  3. vertigo/dizziness yang disertai:
    • sakit kepala
    • telinga berdenging
    • rasa lemas dan kebas
    • pandangan kabar/ dobel
    • pingsan

Anamnesa yang kuat, pemeriksaan fisik yang teliti, pemeriksaan Lab darah dan radiologi untuk menemukan sebabnya. Bila penyebab vertigo/ dizziness ditemukan penyembuhannya lebih mudah.

Dizziness sering disebabkan berbagai hal spt tensi, DM, hipoglikemi, stress, dehidrasi, sedangkan vertigo sering disebabkan masalah pada organ vestibular atau susunan saraf pusat.

Karena organ vestibular ada pada telinga maka pemeriksaan THT sangat diperlukan.

APAKAH BIAYA OPERASI SINUSITIS MAHAL ?

Biaya Operasi Sinusitis

Memang biaya operasi sinusitis mahal, disebabkan operasinya menggunakan alat canggih bernama ENDOSKOPI. Endoscopi ini bermanfaat untuk melakukan operasi secara TIDAK BLIND. Luka operasi kecil, otomatis perdarahannya minimal, maka dari itu FESS masuk kategori MINIMAL INVASIVE SURGERY.

OPERASI FESS PADA SINUSITIS

Operasi pada penyakit sinusitis biasa kita sebut sebagai Surgical-Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS). Singkatnya operasi ini menggunakan endoskopi, dengan tujuan membuat drinage sinus berfungsi dengan baik.

FESS juga bisa berperan untuk diagnostik. Jadi kesimpulannya Functional endoscopic sinus surgery (FESS) adalah prosedur invasif minimal yang diperlukan untuk mendiagnosis dan mengatasi masalah yang terkait dengan rongga hidung.

APAKAH OPERASI SINUSITIS MENYAKITKAN ?

Operasi sinusitis/ FESS dilakukan secara bius total. Bius total artinya sepanjang pasien dioperasi pasien tidak sadar, sehingga tidak merasakan kesakitan. Rasa sakit bisa terjadi disaat lepas tampon hidung, disebabkan saat melepas tampon hidung pasien tidak dalam keadaan dibius.

Bagi Pasien yang terpenting mendapatkan penjelasan dari dokter spesialis THT langkah-langkah operasi.

APAKAH OPERASI SINUSITIS MEROBEK WAJAH ?

Operasi sinusitis sama sekali tidak merobek wajah. Ada baiknya sebagai pasien mencari tahu testimoni dari rekan handai taulan yang pernah operasi sinus. Tanyakan bagaimana rasanya dilepas tampon.

BISAKAH PASKA OPERASI TIDAK DIPASANG TAMPON HIDUNG ?

Saya sebagai dokter THT di Semarang yang bekerja di RS SMC Telogorejo dan RS Columbia Asia, selama ini 90 % pasien paska operasi sinusitis yang saya kerjakan saat keluar dari ruang operasi sudah tidak ditampon.

Pada saat selesai operasi, dimana saat itu pasien belum terlalu sadar, tampon saya lepas. Bila dalam 15 menit tidak ada perdarahan maka pasien bisa kembali ke kamar tanpa tampon, maka tidak diperlukan tindakan melepas tampon yang menyakitkan tadi keesokan harinya.

Saat di kamar, saat pasien sudah sadar, jika masih ada perdarahan sedikit-sedikit dari hidung, bisa di usap tissue. Sejauh perdarahannya tidak melebihi perempuan menstruasi, maka aman. Pasien tidak akan kehabisan darah. Tampon itu gunanya menghentikan kucuran darah supaya tidak kehabisan darah.

BAGAIMANA PERSIAPAN DAN PERAWATAN PASKA OPERASI ?

Persiapan operasi diawali dengan mendapatkan pengantar operasi dari dokter spesialis THT. Didalam pengantar tersebut terdapat keterangan :

  1. Diagnosis penyakit
  2. teknik operasi yang akan dilakukan
  3. jenis pembiusan
  4. Lab darah dan foto paru sebagai screening kesehatan, untuk melihat apakah pasien dalam kondisi optimal untuk bisa dioperasi.

Pada saat bertemu dengan petugas bagian admisi/ penerimaan pasien rawat inap (biasanya di UGD), akan dijelaskan oleh petugas biaya operasi. Tipe kelas (kelas 3,2,1 atau vip) dipilih pasien, untuk menentukan perkiraan biaya keseluruhan.

Setelah pasien mondok, pasien akan diberi infus dan terapi antibiotika via infus. Jam operasi ditentukan oleh dokter disesuaikan dengan jam kosong kamar operasi. Pasien diharuskan puasa makan dan minum 5–6 jam sebelum operasi.

Setelah operasi, pasien boleh makan bubur, makan nasi juga bisa.

Hidung pasien masih akan keluar darah sedikit-sedikit, cukup diusap dengan tissue. Pasien jangan berusaha membuang ingus. Rasa mampet pada hidung akibat bengkak di rongga hidung bukan karena ingus. Selain darah ada juga lendir-lendir yang keluar dari hidung.

Perjuangan pasien paska operasi sinus ada di 2–3 hari paska operasi. Setelah kontrol pertama hari ke 3 paska operasi pasien sudah bisa benafas lewat hidung, karena sisa darah dan gumpalan lendir sudah dibersihkan dokter THT.

Kontrol paska operasi dilakukan pada hari ke 3–6–11 setelah pasien dipulangkan. Lama mondok di rumah sakit 2–3 malam.

THT RS SMC Telogorejo Semarang

THT RS Columbia Asia Semarang

KONSULTASI ONLINE

Refluks Laringofaring (LPR)

Refluks Laringofaring (LPR)

Gejala LPR (Laringofaring Refluks)

Apa itu refluks laringofaring?

Laryngopharyngeal reflux (LPR) adalah suatu kondisi di mana asam yang dibuat di lambung naik ke kerongkongan (esofagus) dan sampai ke tenggorokan.

Siapa yang mengalami refluks laringofaring?

Siapa pun bisa terkena LPR, tetapi LPR terjadi lebih sering seiring bertambahnya usia. Orang yang lebih mungkin memiliki LPR termasuk mereka yang:

  • Memiliki kebiasaan makan tertentu.
  • Kenakan pakaian ketat atau mengikat secara konsisten.
  • Apakah kelebihan berat badan.

Gejala dan Penyebab LPR

Apa yang menyebabkan refluks laringofaring?

LPR disebabkan oleh asam lambung yang naik ke tenggorokan. Saat Anda menelan makanan, makanan melewati tenggorokan anda dan melalui kerongkongan menuju ke lambung. Otot sfingter esofagus inferior yang befungsi  mengontrol pembukaan antara esofagus dan lambung yang seharusnya tetap tertutup rapat kecuali saat Anda menelan makanan.

Ketika otot ini gagal menutup, isi perut yang mengandung asam dapat berjalan kembali ke kerongkongan. Aliran berbalik ini disebut refluks.

Apa saja gejala refluks laringofaring?

Gejala LPR dirasakan di tenggorokan dan meliputi:

  • Sakit tenggorokan
  • Suara serak ringan
  • Sensasi ada benjolan di tenggorokan
  • Kebutuhan untuk membersihkan tenggorokan
  • Sensasi lendir yang menempel di tenggorokan, dan / atau tetesan post nasal
  • Kronis (lama -term) batuk
  • Kesulitan menelan
  • Laring merah, bengkak, atau iritasi (kotak suara).
  • pasien sering berdehem

Diagnosis dan Tes

View of normal voice box | Cleveland Clinic

Bagaimana mendiagnosis refluks laringofaring?

LPR biasanya didiagnosis berdasarkan gejala iritasi atau bengkak pada tenggorokan dan bagian belakang kotak suara pasien. Dalam banyak kasus, tidak diperlukan pengujian untuk membuat diagnosis.

Jika pengujian diperlukan, tiga pengujian yang umum digunakan adalah: studi menelan yaitu melihat langsung ke lambung dan kerongkongan melalui endoskopi  dan tes pH esofagus:

  • Dalam studi menelan, pasien menelan cairan khusus yang disebut barium, yang melapisi esofagus, lambung, dan usus sehingga akan diuraikan pada sinar-X. Ini memungkinkan dokter untuk melihat pergerakan makanan saat melewati dari mulut ke kerongkongan.
  • Dokter juga dapat melihat bagian dalam lambung dan kerongkongan dengan endoskopi, selang kecil panjang dengan kamera di ujungnya, dikerjakan oleh dokter THT/ Penyakit dalam/ Bedah digestif melalui hidung/ mulut, ke kerongkongan dan masuk ke lambung. 
  • Tes pH esofagus mengukur dan mencatat pH (tingkat asam) di esofagus. Sebuah tabung tipis dan kecil dengan alat di ujung yang merasakan asam dilewatkan dengan lembut melalui hidung, turun ke kerongkongan, dan diposisikan sekitar 2 inci di atas sfingter esofagus bagian bawah. Tabung diikat ke sisi wajah dengan selotip. Ujung tabung yang keluar dari hidung dipasang ke perekam portabel yang dikenakan di sabuk atau di atas bahu. Perekam memiliki pH.
PH Monitoring | Cleveland Clinic

Penatalaksanaan dan Pengobatan LPR

Bagaimana pengobatan refluks laringofaringeal?

Sebagian besar kasus LPR tidak memerlukan perawatan medis dan dapat ditangani dengan perubahan gaya hidup, termasuk yang berikut ini:

  • Ikuti diet hambar (kadar asam rendah, rendah lemak, tidak pedas).
  • Makan sering, dalam porsi kecil.
  • Menurunkan berat badan.
  • Hindari penggunaan alkohol, tembakau dan kafein.
  • Jangan makan makanan kurang dari 2 jam sebelum tidur.
  • Angkat kepala tempat tidur Anda sebelum tidur. Letakkan benda yang kuat dan kokoh (seperti papan) di bawah bagian atas kasur. Ini akan membantu menopang kepala dan bagian atas tubuh Anda, yang akan membantu mencegah asam lambung naik ke tenggorokan Anda.
  • Minum obat bebas, termasuk antasida, seperti pengurang asam lambung, seperti ranitidine (Tagamet® atau atau penghambat pompa proton, Pastikan untuk minum semua obat sesuai petunjuk.

Dalam kasus LPR yang sangat parah, pembedahan mungkin direkomendasikan sebagai pengobatan.

Apa yang dapat terjadi jika refluks laringofaring tidak diobati?

Jika tidak diobati, LPR dapat menyebabkan:

  • Radang tenggorokan
  • Batuk kronis
  • Pembengkakan pita suara
  • Bisul (luka terbuka) pada pita suara
  • Pembentukan granuloma (massa) di tenggorokan
  • Memburuknya asma, emfisema, dan bronkitis

LPR yang tidak diobati juga dapat terjadi berperan dalam perkembangan kanker laring.

Pencegahan

Apakah refluks laringofaring dapat dicegah?

Untuk mengurangi kemungkinan Anda terkena LPR, hindari hal-hal berikut ini: Makanan

  • asam, pedas, dan berlemak
  • Alkohol
  • Tembakau
  • Minuman yang mengandung kafein (teh, kopi, soda, dll.)
  • Cokelat
  • Mint atau makanan rasa mint
  • Hal-hal lain yang dapat Anda lakukan untuk membantu mencegah LPR :
  • Jangan memakai pakaian ketat atau mengikat.
  • Hindari stres yang berlebihan. Pelajari cara untuk membantu mengelola atau mengurangi tingkat stres.
  • Pastikan untuk menjaga berat badan yang sehat.
  • Hindari makan kurang dari 2 jam sebelum tidur.

Prognosis

Bagaimana prognosis untuk pasien yang mengalami refluks laringofaring?

Prognosis penderita LPR baik karena sebagian besar penyebabnya dapat dikontrol dengan pola hidup sehat. Tanyakan kepada dokter Anda untuk saran dan tip lain dalam merawat dan mencegah LPR.

HOME

jadwal lengkap dr henny SpTHT

tentang operasi amandel

manual operasi sinusitis

operasi tonsilektomi dengan plasma coblation

Biaya Operasi Amandel bisa ditanyakan ke RS dengan pengantar dari dokter THT yang akan mengoperasi

dr. Henny Kartikawati, SpTHT
Teknik operasi amandel dr. henny kartikawati, SpTHT, dengan alat plasma coblation.
Less Pain and Less Bleeding

Tonsilektomi didefinisikan sebagai metode pengangkatan seluruh tonsil, berasal dari bahasa latin tonsilia yang mempunyai arti tiang tempat menggantungkan sepatu, serta dari bahasa yunani ektomi yang berarti eksisi.
Tonsilektomi sudah sejak lama dikenal yaitu sekitar 2000 tahun yang lalu. Cornelius celcus seorang penulis dan peneliti Romawi yang pertama memperkenalkan cara melepaskan tonsil dengan menggunakan jari dan disarankan memakai alat yang tajam, jika dengan jari tidak berhasil.
Tahun 1867 dikatakan bahwa sejak tahun 1000 sebelum masehi orang Indian asiatik sudah terampil dalam melakukan tonsilektomi. Frekuensi tindakan ini mulai menurun sejak ditemukannya antibiotik untuk pengobatan penyakit infeksi.
Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman, namun hal ini bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap memerlukan ketrampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam pelaksanaannya.
Di Amerika, tonsilektomi digolongkan operasi mayor karena kekhawatiran komplikasi, sedangkan di Indonesia tonsilektomi digolongkan operasi sedang karena durasi operasi pendek dan tidak sulit.
Di Indonesia data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun data yang didapatkan dari RSUPNCM selama 5 tahun terakhir (1993-2003) menunjukan kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) dan terus menurun sampai tahun 2003 ( 152 kasus).

Beragam teknik terus berkembang mulai dari abad ke-21, diantara teknik tersebut adalah diseksi tumpul, eksisi guillotine, diatermi monopolar dan bipolar, skapel harmonik, diseksi dengan laser dan terakhir diperkenalkan tonsilektomi dengan coblation. Keseluruhan teknik ini mempunyai keuntungan serta kerugian tersendiri dan masih terjadi perdebatan dalam pemilihan teknik yang terbaik.
Anatomi
Tonsil palatina dan adenoid (tonsil faringeal) merupakan bagian terpenting dari cincin waldeyer. Jaringan limfoid yang mengelilingi faring, pertama kali digambarkan anatominya oleh Heinrich von Waldeyer, seorang ahli anatomi Jerman. Jaringan limfoid lainnya yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid. Kelenjar ini tersebar dalam fossa Rossenmuler, dibawah mukosa dinding faring posterior faring dan dekat orificium tuba eustachius (tonsil Gerlach’s).
Tonsil palatina adalah massa jaringan limfoid yang terletak didalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Palatoglosus mempunyai origo seperti kipas dipermukaan oral palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus merupakan otot yang tersusun vertikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba eustachius dan dasar tengkorak. Otot ini meluas kebawah sampai kedinding atas esofagus. otot ini lebih penting daripada palatoglosus dan harus diperhatikan pada operasi tonsil agar tidak melukai otot ini. Kedua pilar bertemu diatas untuk bergabung dengan paltum mole. Di inferior akan berpisah dan memasuki jaringan pada dasar lidah dan lateral dinding faring.
Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap kali makan.
Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih tonsil dapat meluas kearah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil tersering adalah kearah hipofaring, sehingga sering menyebabkan sering terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas.
Secara mikroskopik mengandung 3 unsur utama yaitu:
1) jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf, dan limfa,
2) folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda dan
3) jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium.
Perdarahan tonsil didapatkan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu
1. Maksilaris eksterna (A. fasialis) dengan cabangnya A. tonsilaris dan A palatina asenden,
2. A maksilaris interna dengan cabangnya A palatina desenden,
3. A lingualis dengan cabangnya A. Lingualis dorsalis,
4. A faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh A. Lingualis dorsal dan bagian posterior oleh A palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh A tonsilaris, kutub atas tonsil diperdarahi oleh A faringeal asenden dan A palatina desenden.

Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui vena disekitar kapsul tonsil,vena lidah dan pleksus faringeal serta akan menuju v jugularis interna.

Persarafan tonsil didapat dari serabut saraf trigeminus melalui ganglion sfenopalatina dibagian atas dan saraf glosofaringeus dibagian bawah. Aliran limfe dari dari tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior dibawah M sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.
Struktur histologi tonsil sesuai dengan fungsinya sebagai organ imunologi.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limposit yang sudah disentisasi.
Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu:
1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif
2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
Indikasi Tonsilektomi
Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada saat ini. Dulu tonsilektomi di indikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan berulang. Saat ini indikasi utama adalah obstruksi saluran napas dan hipertrofi tonsil. Berdasarkan the American Academy of Otolaryngology- Head and Neck Surgery ( AAO-HNS) tahun 1995 indikasi tonsilektomi terbagi menjadi :
1. Indikasi absolut
a) Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan napas atas,disfagia berat,gangguan tidur, atau terdapat komplikasi kardiopulmonal
b) abses peritonsiler yang tidak respon terhadap pengobatan medik dan drainase, kecuali jika dilakukan fase akut.
c) Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
d) Tonsil yang akan dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi
2. Indikasi relatif
a) Terjadi 3 kali atau lebih infeksi tonsil pertahun, meskipun tidak diberikan pengobatan medik yang adekuat
b) Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada respon terhadap pengobatan medik
c) Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptokokus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik kuman resisten terhadap β-laktamase.
3. Kontraindikasi
a) Riwayat penyakit perdarahan
b) Resiko anestesi yang buruk atau riwayat penyakit yang tidak terkontrol
c) Anemia
d) Infeksi akut
Teknik operasi
Teknik operasi yang optimal dengan morbiditas yang rendah sampai sekarang masih menjadi kontroversi, masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyembuhan luka pada tonsilektomi terjadi per sekundam. Pemilihan jenis teknik operasi difokuskan pada morbiditas seperti nyeri, perdarahan perioperatif dan pasca operatif serta durasi operasi. Beberapa teknik tonsilektomi dan peralatan baaru ditemukan disamping teknik tonsilektomi standar.
Di Indonesia teknik tonsilektomi yang terbanyak digunakan saat ini adalah teknik Guillotine dan diseksi
1. Guillotine
Tonsilektomi guillotine dipakai untu mengangkat tonsil secara cepat dan praktis. Tonsil dijepit kemudian pisau guillotine digunakan untuk melepas tonsil beserta kapsul tonsil dari fosa tonsil. Sering terdapat sisa dari tonsil karena tidak seluruhnya terangkat atau timbul perdarahan yang hebat.
2. Teknik Diseksi
Kebanyakan tonsilektomi saat ini dilakukan dengan metode diseksi. Metode pengangkatan tonsil dengan menggunakan skapel dan dilakukan dalam anestesi. Tonsil digenggam dengan menggunakan klem tonsil dan ditarik kearah medial, sehingga menyebabkan tonsil menjadi tegang. Dengan menggunakan sickle knife dilakukan pemotongan mukosa dari pilar tersebut.
3. Teknik elektrokauter
Teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil disertai kauterisasi untuk mengontrol perdarahan. Pada bedah listrik transfer energi berupa radiasi elektromagnetik untuk menghasilkan efek pada jaringan. Frekuensi radio yang digunakan dalam spektrum elektromagnetik berkisar pada 0,1 hingga 4 Mhz. Penggunaan gelombang pada frekuensi ini mencegah terjadinya gangguan konduksi saraf atau jantung.
4. Radiofrekuensi
Pada teknik ini radiofrekuensi elektrode disisipkan langsung kejaringan. Densitas baru disekitar ujung elektrode cukup tinggi untuk membuka kerusakan bagian jaringan melalui pembentukan panas. Selama periode 4-6 minggu, daerah jaringan yang rusak mengecil dan total volume jaringan berkurang.
5. Skapel harmonik
Skapel harmonik menggunakan teknologi ultrasonik untuk memotong dan mengkoagulasi jaringan dengan kerusakan jaringan minimal.
5. Teknik Coblation
Coblation atau cold ablation merupakan suatu modalitas yang unuk karena dapat memanfaatkan plasma atau molekul sodium yang terionisasi untuk mengikis jaringan. Mekanisme kerja dari coblation ini adalah menggunakan energi dari radiofrekuensi bipolar untuk mengubah sodium sebagai media perantara yang akan membentuk kelompok plasma dan terkumpul disekitar elektroda. Kelompok plasma tersebutakan mengandung suatu partikel yang terionisasi dan kandungan plasma dengan partikel yang terionisasi yang akan memecah ikatan molekul jaringan tonsil. Selain memecah ikatan molekuler pada jaringan juga menyebabkan disintegrasi molekul pada suhu rendah yaitu 40-70%, sehingga dapat meminimalkan kerusakan jaringan sekitar.
7. Intracapsular partial tonsillectomy
Intracapsular tonsilektomi merupakan tensilektomi parsial yang dilakukan dengan menggunakan microdebrider endoskopi. Microdebrider endoskopi bukan merupakan peralatan ideal untuk tindakan tonsilektomi, namun tidak ada alat lain yang dapat menyamai ketepatan dan ketelitian alat ini dalam membersihkan jaringan tonsil tanpa melukai kapsulnya.
8. Laser (CO2-KTP)
Laser tonsil ablation (LTA) menggunakan CO2 atau KTP (Potassium Titanyl Phosphat) untuk menguapkan dan mengangkat jaringan tonsil. Tehnik ini mengurangi volume tonsil dan menghilangkan recesses pada tonsil yang menyebabkan infeksi kronik dan rekuren
Komplikasi
Tonsilektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan dengan anestesi lokal maupun umum, sehingga komplikasi yang ditimbulkan merupakan gabungan komplikasi tindakan bedah dan anestesi.
1. Komplikasi anestesi
Komplikasi anestesi ini terkait dengan keadaan status kesehatan pasien. Komplikasi yang dapat ditemukan berupa :
• Laringosspasme
• Gelisah pasca operasi
• Mual muntah
• Kematian saat induksi pada pasien dengan hipovolemi
• Induksi intravena dengan pentotal bisa menyebabkan hipotensi dan henti jantung
• Hipersensitif terhadap obat anestesi.
2. Komplikasi Bedah
a) Perdarahan
Merupakan komplikasi tersering (0,1-8,1 % dari jumlah kasus). Perdarahan dapat terjadi selama operasi,segera sesudah operasi atau dirumah. Kematian akibat perdarahan terjadi pada 1:35. 000 pasien. sebanyak 1 dari 100 pasien kembali karena perdarahan dan dalam jumlah yang sama membutuhkan transfusi darah.
b) Nyeri
Nyeri pasca operasi muncul karena kerusakan mukosa dan serabut saraf glosofaringeus atau vagal, inflamasi dan spasme otot faringeus yang menyebabkan iskemia dan siklus nyeri berlanjut sampai otot diliputi kembali oleh mukosa, biasanya 14-21 hari setelah operasi
c) Komplikasi lain
Dehidrasi,demam, kesulitan bernapas,gangguan terhadap suara (1:10. 000), aspirasi, otalgia, pembengkakan uvula, insufisiensi velopharingeal, stenosis faring, lesi dibibir, lidah, gigi dan pneumonia

https://konsultasispesialis.com #dokterthtsemarang @drhennytht

konsultasi online dokter THT

kontak dr henny kartikawati

jadwal lengkap