Papiloma laring: Gejala klinik dan pengobatan kutil pada laring

Papiloma laring merupakan tumor jinak proliferatif yang sering dijumpai pada saluran napas yang jarang terjadi dan berkembang dengan cepat, walaupun tidak ganas. Tumor ini dapat menyebar ke rongga mulut, hidung, trakea dan paru, tetapi lokasi tersering adalah laring.

Apa itu papiloma laring?

  • Papiloma laring merupakan tumor jinak proliferatif yang sering dijumpai pada saluran napas yang jarang terjadi dan berkembang dengan cepat, walaupun tidak ganas. Tumor ini dapat menyebar ke rongga mulut, hidung, trakea dan paru, tetapi lokasi tersering adalah laring.   
  • Papiloma laring pertama kali dikenal sebagai kutil di tenggorok (warts in the throat) oleh Donalus pada abad ke-17. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) pada saluran napas merupakan penyebab potensial papiloma laring. Mc Kenzie membedakan penyakit ini dari tumor lain secara klinis dan menggunakan istilah “papiloma”.
  • Papiloma merupakan neoplasma laring jinak pada anak tetapi dapat juga terjadi pada dewasa, pada anak dapat menjadi masalah jika menyumbat jalan napas yang dapat mengakibatkan kematian. . .  
  • Penyakit ini cenderung kambuh sehingga disebut juga recurrent respiratory papillomatosis, dapat tumbuh pada kedua pita suara asli dan pita suara palsu. Papilloma ini dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas atau perubahan suara. 
  • Terdapat dua jenis papiloma laring; salah satu adalah papiloma laring juvenilis yang biasanya multipel dan cenderung agresif dan biasanya di jumpai pada anak- anak. Yang lain adalah papiloma laring senilis yang soliter dan kurang agresif tetapi dapat berkembang menjadi ganas yang dapat di jumpai pada orang dewasa yaitu sekitar usia 20-40 tahun..


Apa penyebab papiloma laring??

  • Penyebab papiloma laring belum diketahui dengan pasti. Diduga Human Papilloma Virus (HPV) tipe 6 dan 11 berperan terhadap terjadinya papiloma laring. Diduga ada hubungan antara infeksi HPV genital ( kondiloma genital ) pada ibu hamil dan papiloma laring pada anak.  Hal ini terbukti dengan adanya HPV tipe 6 dan 11 pada kondiloma genital. Walaupun penemuan di atas menunjukkan peran infeksi virus pada papiloma laring, tetapi ada faktor lain yang berperan, mengingat papiloma laring dapat menghilang spontan saat pubertas.
  • Tipe HPV lainnya yang berhubungan dengan papilomatosis laring meliputi tipe 16, 18, 31 dan 33. Namun, HPV juga ditemukan pada mukosa laring normal. Prevalensi HPV yang dideteksi pada mukosa laring normal adalah sebesar 25%. 
  • Teori yang melibatkan faktor hormonal sebagai salah satu penyebab pertama kali dikemukakan oleh Holinger.
  • Terdapat beberapa faktor predisposisi papiloma laring yaitu sosial ekonomi rendah dan higiene yang buruk, infeksi saluran napas kronik, dan kelainan imunologis.

Bagaimana penyebaran penyakit papiloma laring?

 

  • Papilomatosis laring merupakan tumor jinak laring yang jarang terjadi, lebih sering dijumpai pada anak dimana 80% pada kelompok usia di bawah 7 tahun, selain pada anak-anak papiloma laring juga ditemukan pada orang dewasa.
  • Pada anak, kejadian papilomatosis laring hampir sama di antara laki-laki dan perempuan. Papilomatosis laring pada dewasa lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun dan lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan rasio 2:1 hingga 4:1
  • Dibagian THT FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan sejak November 2001 sampai dengan November 2002 ditemukan enam kasus papilloma laring, empat orang kasus pada anak dan dua orang kasus pada dewasa.

Apa saja klasifikasi papiloma laring?
Berdasarkan waktu terjadinya, papilomatosis laring terbagi dua

 

  • Papilomatosis laring tipe juvenilis
    • Papilomatosis laring tipe juvenilis biasanya berupa lesi multipel dan mudah kambuh sehingga membutuhkan eksisi yang berulang. Namun, papilomatosis tipe ini dapat regresi secara spontan pada usia pubertas. 
    • Pada anak yang menderita papilomatosis laring di bawah usia 3 tahun, memiliki risiko sebesar 3,6 kali untuk dioperasi lebih dari 4 kali tiap tahun.
  • Papilomatosis laring tipe senilis
    • Papilomatosis laring tipe senilis biasanya berupa lesi tunggal dengan tingkat rekurensi rendah dan kurang bersifat agresif, tetapi memiliki risiko pre kanker yang tinggi.

Bagaimana proses perjalanan penyakit papiloma laring??

 

  • Papilomatosis laring disebabkan oleh infeksi HPV, terutama HPV tipe 6 dan 11. Tipe HPV lainnya yang berhubungan dengan papilomatosis laring meliputi tipe 16, 18, 31 dan 33.
  • Human papilloma virus merupakan virus DNA, tidak berkapsul dengan kapsid ikosehedral dan DNA double-stranded. Di dalam sel yang terinfeksi, DNA HPV mengalami replikasi, transkipsi dan translasi menjadi protein virus. Protein ini akan membentuk virion HPV baru yang dapat menginfeksi sel lainnya. Sel yang terinfeksi HPV akan mengalami proliferasi pada lapisan basal.

Proses infeksi HPV pada laring

  • Respon imun tubuh berperan dalam patogenesis terbentuknya lesi HPV. Pada papilomatosis laring, nuclear factor-kappa beta (NF-кβ) merupakan mediator utama yang terlibat dalam regulasi respon imun selular (Th1) dan humoral (Th2). Respon imun selular merupakan faktor yang paling penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi HPV. Malfungsi respon imun selular menyebabkan papilomatosis laring, sebaliknya defek imunitas humoral tidak berhubungan dengan penyakit ini. 
  • Rekurensi tumor dapat terjadi akibat DNA HPV yang menetap pada mukosa normal.

Bagaimana transmisi penyakit papiloma laring?

 

  • Kejadian papilomatosis laring pada anak dapat terjadi akibat transmisi HPV pada saat kelahiran. Risiko transmisi infeksi HPV dari ibu ke anak diperkirakan meningkat pada anak pertama yang lahir per vaginam pada ibu usia muda yang menderita infeksi HPV genital. Status sistem kekebalan tubuh anak, Lamanya waktu jalan lahir, Volume virus di jalan lahir, dan kehadiran lokal trauma dianggap sebagai faktor yang berkontribusi terhadap penyebaran virus HPV pada papiloma laring. Para ahli menemukan satu dari 109 kasus papilomatosis laring pada anak yang lahir dengan operasi Caesar. Pada kasus papilomatosis laring neonatal, perkembangan penyakit mungkin telah terjadi saat di dalam kandungan.
  • Papilomatosis laring pada dewasa dapat terjadi akibat penularan HPV secara seksual dengan banyak pasangan dalam jangka waktu yang lama dan kontak orogenital. Namun, papilomatosis laring pada dewasa mungkin telah terjadi pada usia remaja yang bersifat laten dan teraktivasi bila imunitas tubuh menurun

Apa saja gejala klinik papiloma laring??

 

  • Gejala klinis yang timbul tergantung pada letak dan besarnya tumor. Gejala yang paling sering dijumpai adalah perubahan suara. 
  • Pada awalnya adalah gangguan fonasi berupa suara serak sampai hilang suara (afonia) dan suara tangisan abnormal pada anak.  Suara serak merupakan gejala yang paling sering dikemukakan apabila tumor tersebut terletak di pita suara dan jika tumor tersebut telah menyebar di seluruh pita suara, maka akan meyebabkan hilangnya suara atau afonia.
  • Bila papiloma cukup besar dapat menyebabkan gangguan pernapasan berupa batuk, sesak, dan stridor inspirasi. Timbulnya sesak merupakan suatu tanda bahwa telah terjadi sumbatan jalan nafas bagian atas dan biasanya diperlukan tindakan trakeostomi
  • Sumbatan saluran napas atas dapat dibagi menjadi 4 derajat berdasarkan kriteria Jackson. 
    • Jackson I ditandai dengan sesak, stridor inspirasi ringan, retraksi suprasternal, tanpa sianosis. 
    • Jackson II adalah gejala sesuai Jackson I tetapi lebih berat yaitu disertai retraksi supra dan infraklavikula, sianosis ringan, dan pasien tampak mulai gelisah. 
    • Jackson III adalah Jackson II yang bertambah berat disertai retraksi interkostal, epigastrium, dan sianosis lebih jelas, sedangkan 
    • Jackson IV ditandai dengan gejala Jackson III disertai wajah yang tampak tegang, dan terkadang gagal napas.
  • Kebanyakan pasien terutama pada anak datang dengan obstruksi jalan nafas dan sering salah diagnosis sebagai asma, bronkitis kronis atau laringotrakeobronkitis. Dari penelitian yang dilakukan gambaran klinis yang sering ditemukan pada papilomatosis laring adalah suara serak (95,65%), sensasi mengganjal di tenggorok (78,26%), batuk kronis (65,21%), stridor (56,52%) dan dispnea (47,82%)
  • Penyebaran ke trakea dan bronkus jarang ditemukan, tetapi dapat terjadi pada pasien dengan riwayat ekstirpasi papiloma atau riwayat trakeostomi sebelumnya, yang menimbulkan sumbatan saluran napas atau penyakit parenkim paru.
  • Penyebaran papilomatosis laring ke ekstralaring diidentifikasi pada 13-30% anak dan 16% dewasa. Lokasi ekstra laring yang paling sering adalah kavitas oris, trakea dan bronkus. Kejadian papilomatosis paru adalah jarang, tetapi jika terjadi dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan dan pembentukan abses. 
  • Papilomatosis laring pada dewasa biasanya tidak bersifat agresif dibandingkan pada anak. Angka remisi pada papilomatosis laring tipe dewasa sulit diperkirakan. Papilomatosis tipe ini dapat tumbuh cepat dan berbahaya terhadap jalan nafas jika terjadi perubahan hormon, seperti pada kehamilan.

Gambaran makroskopis

  • Papiloma laring terlihat sebagai massa multinodular yang tumbuh eksofitik , seperti kembang kol, berwarna abu-abu atau kemerahan dan mudah berdarah. Tipe lesi ini bersifat agresif dan mudah kambuh, tetapi dapat hilang sama sekali secara spontan.
  • Dari penelitian yang dilakukan lokasi utama papilomatosis laring tipe senilis adalah pada glotis (75,6%), dan supraglotis (23,6%) sebagai lokasi kedua tersering. 
  • Papilomatosis laring tipe juvenilis terbanyak ditemukan pada komisura anterior dan plika vokalis (78,26%), diikuti pada komisura anterior dan posterior, plika vokalis, plika ventrikularis dan permukaan epiglotis (13,04%) serta regio subglotik (8,69%).

Gambaran mikroskopik

  • Gambaran mikroskopik menunjukkan kelompok stroma jaringan ikat dan pembuluh darah seperti jari-jari yang dilapisi lapisan sel epitel skuamosa hiperplastik dengan permukaan keratotik atau parakeratotik. Kadang-kadang muncul gambaran sel yang bermitosis.

Gambaran mikroskopis papiloma laring


Bagaimana cara diagnosisnya?

 

  • Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisis, dengan laringoskopi langsung atau tak langsung serta dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologis.
  • Pada anamnesis jika terdapat suara serak dan suara tangisan yang abnormal pada anak dengan atau tanpa riwayat infeksi yang telah diobati tetapi tidak ada perubahan, maka perlu dicurigai suatu papiloma laring. Biasanya terdapat stridor inspirasi 
  • Pada pemeriksaan laringoskopi langsung tampak gambaran tumor yang menyerupai kembang kol, kemerahan, rapuh, dan mudah berdarah, serta pertumbuhannya eksofilik.
  •  
  • Pemeriksaan penunjang lain berupa Identifikasi HPV dapat dilakukan dengan pemeriksaan imunohistokimia, isolasi DNA virus, teknik hibridisasi in situ dan polymerase chain reaction (PCR).
  • Penyebaran ke trakea dan paru dapat diidentifikasi melalui foto toraks dan CT Scan. Pada foto toraks dapat terlihat gambaran kavitas.

Gambaran laring normal

Gambaran laring normal

Tampak papiloma laring dengan nodul soliter

Papiloma laring dengan nodul multisoliter

Diagnosis banding

  • Diagnosis sulit terutama pada fase awal. Sering disalah diagnosis dengan laringo-trakeo-bronkitis, asma bronkial, laringomalasea, paralisis pita suara, nodul pita suara atau kista laring kongenital, laringitis tuberkulosis dan karsinoma laring stadium awal 
  • Diagnosis harus dikonfirmasi dengan laringoskopi langsung dan biopsi.

Bagaimana pengobatan papiloma laring??

 

  • Tujuan terapi pada papilomatosis laring adalah untuk mempertahankan jalan nafas dan kualitas suara. Namun, tidak ada terapi yang memuaskan dalam pengobatan papilomatosis laring
  • Ada beberapa perangkat dalam tatalaksana papiloma laring, semuanya mempunyai prinsip sama yaitu mengangkat papiloma dan menghindari rekurensi.

Umumnya terapi dapat dikategorikan sebagai berikut :

  • Bedah
    • Terapi bedah harus berdasarkan prinsip pemeliharaan jaringan normal untuk mencegah penyulit seperti stenosis laring. Prosedur bedah ditujukan untuk menghilangkan papiloma dan/atau memperbaiki dan mempertahankan jalan napas. 
    • Beberapa teknik yang digunakan antara lain: trakeostomi, laringofissure, mikrolaringoskopi langsung, mikrolaringoskopi dan ekstirpasi dengan forseps, mikrokauter, mikrolaringoskopi dengan diatermi, mikrolaringoskopi dengan ultrasonografi, kriosurgeri, carbondioxide laser surgery. 
    • Pada kasus papi-loma laring yang berulang, terapi bedah pilihan adalah pengangkatan tumor dengan laser CO2.
  • Medikamentosa
    • Pemberian obat (medikamentosa) pernah dilaporkan baik digunakan secara sendiri maupun bersama-sama dengan tindakan bedah. Obat yang digunakan antara lain antivirus, hormon (dietilstilbestrol), steroid, dan podofilin topikal. 
    • Terapi medikamentosa ini tidak terlalu bermanfaat.
  • Imunologis
    • Terapi imunologi untuk papiloma laring umumnya hanya suportif menggunakan interferon.
  • Terapi fotodinamik
    • Terapi ini merupakan tatalaksana papilomatosis laring rekuren menggunakan dihematoporphyrin ether (DHE) yang tadinya dikembangkan untuk terapi kanker. Jika diaktivasi dengan cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai (630 nm), DHE menghasilkan agen sitotoksik yang secara selektif menghancurkan sel-sel yang mengandung substansi tersebut. 
    • Basheda dkk. melaporkan bahwa terapi fotodinamik efektif menghilangkan lesi endobronkial, tetapi tidak untuk lesi parenkim

Bagaimana pencegahan papiloma laring??

 

  • Pencegahan infeksi HPV pada laring sulit dilakukan karena transmisi virus yang belum diketahui secara pasti. 
  • Papiloma laring pada dewasa tidak dianggap menular dengan berciuman orang yang terinfeksi. Peran kontak oral-genital pada orang yang terinfeksi belum sepenuhnya dijelaskan.
  • Vaksin dapat diberikan untuk mencegah angka kekambuhan pada papilomatosis laring. Para ahli mengembangkan suatu vaksin baru terhadap HPV-11 E6 pada fase preklinik.

Apa saja komplikasi yang timbul pada papiloma laring??

 

  • Pada umumnya papiloma laring pada anak dapat sembuh spontan ketika pubertas; tetapi dapat meluas ke trakea, bronkus, dan paru, diduga akibat tindakan trakeostomi, ekstirpasi yang tidak sempurna. Meskipun jarang, radiasi diduga menjadi faktor yang mengubah papiloma laring menjadi ganas.

Apa prognosis papiloma laring??

 

  • Prognosis papiloma laring umumnya baik. Angka re-kurensi (berulang) dapat mencapai 40%. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti faktor-faktor yang mempengaruhi re-kurensi pada papiloma.  Regresi total kadang-kadang terjadi pada saat pubertas, tetapi hal ini tidak selalu terjadi
  • Diagnosis dini dan penanganan yang tepat diduga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap rekurensi. Penyebab kematian biasanya karena penyebaran ke paru.

SUARA SERAK

PENDAHULUAN

Hoarseness atau suara serak menggambarkan kelainan memproduksi suara ketika mencoba berbicara, atau ada perubahan nada atau kualitas suara.Suaranya terdengar lemah, terengah- engah, kasar dan serak.

Hoarseness biasanya disebabkan oleh adanya masalah pada bagian pita suara.

Produksi suara sendiri merupakan suatu hasil dari koordinasi diantara sistem pernapasan, fonasi (suara) dan artikulasi, dimana masing-masing dipengaruhi oleh teknik bersuara dan status emosianal setiap individu.

Dalam dunia medis, dikenal istilah Disfonia yaitu merupakan istilah umum untuk setiap gangguan suara untuk yang disebabkan kelainan pada organ-organ fonasi, terutama laring, baik yang bersifat organik maupun fungsional. Disfonia bukan penyakit melainkan merupakan gejala penyakit atau kelainan pada laring.

Gangguan suara atau disfonia ini dapat berupa suara parau atau serak yaitu suara terdengar kasar (roughness) dengan nada lebih rendah dari biasanya, suara lemah (hipofonia), hilang suara (afonia), suara tegang dan susah keluar (spastik), suara terdiri dari beberapa nada (diplofonia), nyeri saat bersuara (odinofonia) atau ketidakmampuan mencapai nada atau intensitas tertentu.

Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam getaran, gangguan dalam ketegangan serta gangguan dalam pendekatan (aduksi) kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan disfonia.


DEFENISI SUARA SERAK

  • Suatu keadaan dimana terdapat kesulitan dalam memproduksi suara ketika mencoba berbicara, atau perubahan suara pada nada dan kualitasnya. Suara tersebut mungkin terdengar lemah, berat, kasar atau parau. atau terjadi perubahan volume atau pitch (tinggi rendah suara)
  • Suara serak bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari suatu penyakit
  • Istilah hoarseness atau suara serak sendiri dapat merefleksikan kelainan (abnormalitas) yang letaknya bisa di berbagai tempat di sepanjang saluran vokalis, mulai dari rongga mulut hingga paru. Meski idealnya istilah hoarseness lebih baik ditujukan untuk disfungsi laring akibat vibrasi pita suara yang abnormal

FAKTOR RESIKO

  • Bernafas pada lingkungan yang tidak bersih
  • Pubertas berkaitan dengan pelebaran laring
  • Merokok, ( juga merupakan faktor resiko utama terjadinya karsinomaLaring ).
  • Menghisap ganja
  • Penyalahgunaan obat-obatan
  • Refluks gastroesofagus
  • Pekerjaan yang menggunakan suara sebagai modal utama misal : guru,aktor, penyanyi
  • Penggunaan steroid dalam jangka waktu lama
  • Minum alkohol, kopi berlebihan
  • Berteriak pada acara olahraga atau tempat ramai seperti bandara dan bar
  • Berbicara saat makan
  • Kebiasaan sering batuk untuk membersihkan tenggorokan
  • Kebiasaan berbisik
  • Stres, gelisah, depresi dapat menyebabkan tremor pita suara

ETIOPATOGENESIS SUARA SERAK

  • Perubahan dari suara biasanya berkaitan dengan gangguan pada pita suara yang merupakan bagian pembentuk suara yang terdapat di larynx. Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan getaran, ketegangan dan pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan suara parau.
  • Walaupun hanya merupakan gejala, tetapi prosesnya berlangsung lama (kronik) dan dapat merupakan tanda awal penyakit serius di daerah tenggorok, khususnya laring. 
  • Penyebabnya dapat berupa radang, tumor (neoplasma), paralisis otot-otot laring, kelainan laring seperti sikatriks akibat operasi, fiksasi pada sendi kriko aritenoid, dll. 
  • Ada satu keadaan disebut disfonia ventrikular, yaitu keadaan plika ventrikular yang mengambil alih fungsi fonasi dari pita suara, misalnya sebagai akibat pemakaian suara yang terus menerus pada pasien dengan laringitis akut. Inilah pentingnya istirahat berbicara (vokal rest) pada pasien, laringitis akut, disamping pemberian obat-obatan.
  • Berikut ini beberapa penyebab suara serak :
    • Peradangan laring (laringitis) baik akut maupun kronis.
      • Pada Laringitis akut  
        • Radang akut laring pada umumnya merupakan kelajutan dari infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold. Penyebab radang ini ialah bakteri, yang menyebabkan radang lokal atau virus yang menyebabkan peradangan sistemik.
        • Pada larinigtis akut terdapat gejala radang umum, seperti demam,dedar (malaise), serta gejala lokal, seperti suara parau sampai tidak bersuara sama sekali (afoni), nyeri ketika menalan atau berbicara serta gejala sumbatan laring. Selain itu terdapat batuk kering dan lama kelamaan disertai dengan dahak kental.
        • Ketidaksempurnaan produksi suara pada pasien dengan laringitis akut dapat diakibatkan oleh penggunaan kekuatan aduksi yang besar atau tekanan untuk mengimbangi penutupan yang tidak sempurna dari glottis selama episode laringitis akut. Tekanan ini selanjutnya menegangkan lipatan-lipatan (plika) vocal dan mengurangi produsi suara. Pada akhirnya menunda kembalinya fonasi normal.
      • Pada laringitis kronis
        • Beberapa hal bisa mendasari kondisi ini yang biasanya akibat paparan dari iritan (zat yang bisa mengiritasi) seperti tekanan yang terus menerus pada pita suara, sinusitis kronis, infeksi ragi (akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah) serta terpapar asap atau gas yang mengandung zat kimia.
        • Dalam keadaan laryngitis, pita suara mengalami peradangan sehingga tekanan yang diperlukan untuk memproduksi suara meningkat. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam memproduksi tekanan yang adekuat. Udara yang melewati pita suara yang mengalami peradangan ini justru menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi parau. Bahkan pada beberapa kasus suara dapat menjadi lemah atau bahkan tak terdengar.
        • Semakin tebal dan semakin kecil ukuran pita suara, getaran yang dihasilkan semakin cepat. Semakin cepat getaran suara yang dihasilkan semakin tinggi. Pembengkakan pada pita suara dapat mengakibatkan tidak menyatunya kedua pita suara sehingga dapat terjadi perubahan pada suara.
    • Nodul pita suara dan polip pita suara
      • Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan suara dalam waktu yang lama, seperti pada seorang guru, penyanyi dan sebagainya. Gejalanya terdapat suara parau yang kadang-kadang disertai batuk.
      • Pada mereka yang memang menggunakan suara secara berlebihan, seperti, penyanyi profesional, guru, dosen, atau mereka yang sering berbicara dan menggunakan suara berlebihan dapat terjadi pembengkakan pita suara yang disebut sebagai nodul pita suara atau polip pita suara.
    • Kista pita Suara
      • Kista pita suara umumnya terrmasuk kista resistensi kelenjar liur minor laring, terbentuk akibat tersumbatnya kelenjar tersebut, faktor iritasi kronik, refluks gastroesofageal dan infeksi diduga berperan sebagai faktor predisposisi. 
      • Kista terletak di dalam lamina propria superfisialis, menempel pada membran basal epitel atau ligamentum vokalis. Ukurannya biasanya tidak besar sehingga jarang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas. Gejala utamanya adalah parau.
    • Merokok dan mengkonsumsi alkohol
      • Merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat mengiritasi laring, dapat menyebabkan peradangan dan penebalan pita suara
    • Gastroesophageal reflux disease (GERD)
      • GERD adalah suatu kelainan dimana asamlambung naik kembali melalui esophagus dan tenggorokan, sehingga dapat menyebabkan iritasi pada laring. 
      • Biasanya, suara mulai memburuk di pagi hari dan meningkat sepanjang hari. Penderita juga mengalami gejala lain seperti tenggorokan terasa nyeri dan kering, rasa panas di pipi, sensasi yang menyumbat, dan batuk kronis.
    • Menggunakan suara secara berlebihan
      • Kondisi ini paling sering terjadi pada orang yang pekerjaannya selalu berbicara dan penyanyi. Menyalahgunakan suara secara berlebihan bisa menimbulkan gangguan pada pita suara seperti menyebabkan kista atau perdarahan. Biasanya terjadi jika sering berbicara dengan keras, teriak atau terlalu banyak berbicara
    • Kelumpuhan pita suara atau paralisis pita suara 
      • Kelumpuhan pita suara adalah terganggunya pergerakan pita suara karena disfungsi saraf otot-otot laring hal ini merupakan gejala suatu penyakit dan bukan merupakan suatu diagnosis. Paralisis pita suara terjadi ketika salah satu atau kedua pita suara tidak dapat membuka ataupun menutup dengan semestinya 
      • Penyebabnya bisa karena Trauma bedah iatrogenik pada vagus atau n. laringeus rekuren, Invasi malignan pada vagus atau n.laringeus rekuren dapat terjadi akibat tumor, Kerusakan pada saraf yang mempersarafi daerah laring, idiopatik dan karena kondisi neurologik tertentu seperti stroke, tumor otak, maupun multiple sclerosis
      • Gejala kelumpuhan pita suara yang didapat adalah suara parau, stridor atau bahkan kesulitan menelan tergantung pada penyebabnya.
      • Proses terjadinya yaitu Pada daerah laring, secara anatomis terdapat nervus vagus dan cabangnya yaitu nervus laringeus rekurens yang mempersarafi pita suara. Jika terjadi penekanan maupun kerusakan terhadap nervus ini maka akan terjadi paralisis pita suara, di mana pita suara tidak dapat beradduksi. Secara normal, ketika berfonasi, kedua pita suara beradduksi, tetapi karena terjadi paralisis salah satu atau kedua pita suara, maka vibrasi yang dihasilkan oleh pita suara tidak maksimal.
    • Alergi
      • Secara klinis,  meskipun tidak ada perubahan yang jelas dalam laring karena alergi, ada beberapa perubahan di tenggorokan dan hidung, yang mempengaruhi suara. 
      • Alergi menyebabkan pembengkakan jaringan hidung, yang dapat mengubah suara. Selain itu, alergi dapat meningkatkan drainase hidung dan menyebabkan kliring tenggorokan sering, yang dapat mengiritasi pita suara. Oleh karena itu penting untuk memasukkan alergi sebagai pertimbangan dalam mengevaluasi pasien dengan suara serak.
    • Kelainan Kongenital
      • Laringomalasia
        • Merupakan penyebab tersering suara parau saat bernafas pada bayi baru lahir.
      • Laringeal webs
        • Merupakan suatu selaput jaringan pada laring yang sebagian menutup jalanudara. 75 % selaput ini terletak diantara pita suara, tetapi selaput ini jugadapat terletak diatas atau dibawah pita suara.
      • Cri du chat syndrome dan Down sindrome
        • Merupakan suatu kelainan genetik pada bayi saat lahir yang bermanifestasi klinis berupa suara parau atau stridor saat bernafas
    • Papilloma laring
      • Gejala awal penyakit ini adalah suara serak dan karena sering terjadi pada anak, biasanya disertai dengan tangis yang lemah. Papiloma dapat membesar kadang-kadang dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas yang memngakibatkan sesak dan stridor sehingga memerlukan trakeostomi
      • Untuk papiloma laring dapat di baca disini
    • Trauma
      • Endotracheal intubasi pada pembedahan atau resusitasi bisa menyebabkan suara parau.
      • Fraktur pada laring dimana Trauma langsung pada laring dapat menyebakan fraktur kartilago laringyang menyebabkan lokal hematoma atau mengenai saraf.
      • Benda asing yaitu Benda asing yang termakan oleh anak-anak bisa masuk ke laring dan menyebabkan suara parau dan kesulitan bernafas
    • Hemangioma 
      • merupakan tumor jinak pembuluh darah, mungkin timbul pada daerah jalan nafas dan menyebabkan suara parau atau lebih sering stridor.
    • Limphagioma ( higroma kistik) 
      • merupakan tumor pembuluh limfa. Sering timbul didaerah kepala dan leher dan dapat mengenai pada jalan nafas yang menyebabkan stridor atau suara serak.
    • Keratosis laring 
      • Gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah suara serak yang persisten. Sesak nafas dan stridor tidak selalu ditemukan. Selain itu ada rasa yang mengganjal di tenggorokan, tanpa rasa sakit dan disfagia. 
      • Pada keratosis laring, terjadi penebalan epitel, penambahan lapisan sel dengangambaran pertandukan pada mukosa laring. Tempat yang sering mengalami pertandukan adalah pita suara dan fossa interaritenoid.
    • Keganasan atau kanker laring (pita suara)
      • Gejala utama karsinoma laring adalah suara serak yang merupakan gejala paling dini tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena ganguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran, dan ketegangan pita suara. 
      • Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan ketidakteraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, menganggu, sumbang, dan nadanya lebih rendah dari biasanya. Kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit. 
      • Hubungan antara suara serak dengan tumor laring tergantung dari letak tumornya. Apabila tumbuh di pita suara asli, maka serak merupakan gejala dini dan menetap. Pada tumor subglotik dan supraglotik, serak dapat merupakan gejala akhir atau tidak muncul sama sekali
    • Beberapa penakit sistemik juga dapat menyebabkan suara serak antara lain Hipotirodisme, Multiple, sklerosis, Rematoid artritis, Penyakit Parkinson, Lupus sistemik, Wagener’s granulomatosis, Miasenia Gravis, Sarkoidosis, Amiloidosis.

GEJALA KLINIK

  • Suara serak biasanya memberikan kualitas suara yang parau dan kasar, meskipun juga dapat menyebabkan perubahan dalam pitch atau volume suara. Para kecepatan onset dan gejala terkait,akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya yang menyebabkan suara serak
  • Keluhan yang menyertai suara parau bervariasi pada setiap orang tergantung intensitas dan etiologi yang mendasari suara parau tersebut, dapat dirasakan sementara atau intermiten maupun terus-menerus atau kontinu.
  • Gejala klinis yang umum, antara lain : 
    • Rasa gatal di tenggorokan
    • Perasaan adanya benda asing di tenggorokan
    • Suara tercekat di tenggorokan
    • Ketidakmampuan menghasilkan suara yang jernih
    • Perubahan suara baik disertai nyeri tenggorokan atau tidak 
    • Nyeri dan sulit menelan
    • Batuk
  • Gejala klinis spesifik timbul berkaitan dengan etiologi yang mendasari :
    • Laringitis akut
      • Selain suara serak, penderita juga bisanya di sertai gejala lain seperti demam, dedar (malaise), nyeri menelan atau berbicara, batuk, disamping gangguan suara. Kadang-kadang dapat terjadi sumbatan laring dengan gejala stridor serta cekungan di suprasternal, epigastrium dan sela iga.
    • Laringitis kronis
      • Gejala klinis yang nampak pada laringitis kronis selain Suara parau yang menetap, juga rasa tersangkut di tenggorok sehingga sering mendehem tanpa sekret, kadang juga terdapat sakit tenggorokan.
    • Kanker laring
      • Gejala yang timbul selain suara serak yang biasanya menetap adalah nyeri tenggorokan. nyeri leher, batuk darah. bunyi pernafasan yang abnormal, bengkak/benjolan ditenggorokan, nyeri ketika bicara atau menelan, rasa terbakar di tenggorokan saat menelan cairan panas, dyspnea, lemah,  berat badan menurun, pembesaran kelenjar limfe dan nafas yang bau
    • Nodul pita suara
      • Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan suara dalam waktu yang lama, seperti pada seorang guru, penyanyi dan sebagainya. 
      • Gejalanya terdapat suara parau yang kadang-kadang disertai batuk. 
      • Pada awalnya pasien mengeluhkan suara pecah pada nada tinggi dan gagal dalam mempertahankan nada. Selanjutnya pasien menderita serak yang digambarkan sebagai suara parau, yang timbul pada nada tinggi, terkadang disertai dengan batuk. Nada rendah terkena belakangan karena nodul tidak berada pada posisi yang sesuai ketika nada dihasilkan. Kelelahan suara biasanya cepat terjadi sebelum suara serak menjadi jelas dan menetap. 
      • Jika nodul cukup besar, gangguan bernafas adalah gambaran yang paling umum
    • Polip pita suara
      • Pada polip pita suara biasanya disebabkan oleh penggunaan suara yang terlampau lama, reaksi menahun pada laring, menghirup iritan
      • Gejala klinis yang nampak pada polip pita suara selain suara serak yang menetap, juga mungkin menunjukkan gejala seperti ketidaknyamanan pada saat ucapan dan ketidaknyamanan ditenggorokan.
    • Kista pada laring
      • Kista pita suara umumnya terrmasuk kista resistensi kelenjar liur minor laring, terbentuk akibat tersumbatnya kelenjar tersebut, faktor iritasi kronik, refluks gastroesofageal dan infeksi diduga berperan sebagai faktor predisposisi. Kista terletak di dalam lamina propria superfisialis, menempel pada membran basal epitel atau ligamentum vokalis. Ukurannya biasanya tidak besar sehingga jarang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas. 
      • Gejala utamanya adalah parau, kadang kala disertai rasa sakit di leher akibat penekanan pada tenggorokan dan Kesulitan menelan.
    • Papiloma laring
      • Gejala klinis yang timbul tergantung pada letak dan besarnya tumor. Gejala yang paling sering dijumpai adalah perubahan suara.
      • Suara serak merupakan gejala dini dan keluhan yang paling sering dikemukakan apabila tumor tersebut terletak di pita suara. Papilloma laring dapat membesar, Kadang-kadang dapat mengakibatkan sumbatan jalan nafas yang mengakibatkan stridor dan sesak. Timbulnya sesak merupakan suatu tanda bahwa telah terjadi sumbatan jalan nafas bagian atas
    • Paralisis pita suara
      • Paralisis otot laring dapat disebabkan gangguan persarafan, baik sentral maupun perifer, dan biasanya paralisis motorik bersama dengan paralisis sensorik. Kejadiannya dapat unilateral maupun bilateral.
      • Selain suara parau, dapat juga di jumpai gejala klinis yang lainnya, seperti gangguan respirasi dan stridor, anestesi yang menyebabkan inhalasi makanan dan sekresi faring yang merangsang batuk dan tersedak, suara menjadi lemah.
      • Kelumpuhan pita suara bisa mempengaruhi proses berbicara, bernafas dan menelan. Kelumpuhan menyebabkan makanan dan cairan terhidup ke dalam trakea dan paru-paru. 
      • Jika hanya 1 pita suara yang lumpuh (kelumpuhan 1 sisi), maka suara menjadi serak. Biasanya saluran udara tidak tersumbat karena pita suara yang normal bisa membuka sebagaimana mestinya. Jika kedua pita suara mengalami kelumpuhan (kelumpuhan 2 sisi), maka kekuatan suara akan berkurang. Penderita juga mengalami gangguan pernafasan karena terjadi penyumbatan saluran udara ke trakea.
    • Laringomalasia
      • Keadaan ini merupakan akibat dari flaksiditas dan inkoordinasi kartilago supraglotik dan mukosa aritenoid, plika ariepiglotik dan epiglotis. Biasanya, pasien dengan keadaan ini menunjukkan gejala pada saat baru dilahirkan, dan setelah beberapa minggu pertama kehidupan secara bertahap berkembang stridor inspiratoar dengan nada tinggi dan kadang kesulitan dalam pemberian makanan.
      • Ini merupakan kelainan kongenital ang di dapat sejak lahir. Gejala klinis yang di jumpai selain suara serak juga terdapat bising inspirasi (stridor inspiratoir) dimana stridor saat inspirasi ini terdengar seperti suara hidung tersumbat, tidak dijumpai sekret hidung, Stridor cukup kuat sehingga jika meletakkan tangan di dada penderita maka dapat merasakan getaran dan stridor berkurang saat penderita tidur telungkup (prone)
    • Cri du chatting sindrom
      • Cri du chatting sindrom adalah sekelompok gejala yang disebabkan kehilangan sepotong kromosom nomor 5. Nama sindrom ini didasarkan pada tangisan bayi, yang bernada tinggi dan suara seperti kucing.
      • Ini merupakan kelainan pada kromosom yang di dapat sejak lahir. Selain ganguan suara seperti suara kucing dan serak, juga di jumpai keluhan lain seperti berat lahir rendah dan pertumbuhan yang lambat, selama masa pertumbuhan pun, tubuh penderita kecil dengan tinggi badan di bawah rata-rata, penderita memiliki otak yang kecil (mikrochepal) sehingga bentuk kepala juga kecil saat lahir, keterbelakangan mental (cacat intelektual), masalah perilaku seperti hiperaktif, agresi, amukan, dan gerakan berulang-ulang, pertumbuhan badan dan kepala lambat. 
      • Ciri fisik lain meliputi bentuk wajah bulat dengan pipi besar, jari-jari yang pendek, dan bentuk kuping yang rendah letaknya

PENATALAKSANAAN

  • Pengobatan suara serak sesuai dengan kelainan atau penyakit yang menjadi etiologinya.
  • Karena akibat yang timbul akibat kelelahan bersuara, maka perlu beberapa langkah pencegahan maupun terapi. Bila belum timbul keluhan, pencegahan merupakan hal yang terpenting. Beberapa peneliti menyarankan untuk minum air setiap beberapa saat setelah berbicara. Laki-laki yang minum air akan dapat membaca dengan kualitas suara yang baik dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang tidak diberi minum air. Hal yang sama didapatkan pada penyanyi karaoke amatir. Istirahat bersuara merupakan salah satu tehnik untuk mengistirahatkan organ-organ pembentuk suara.
  • Faktor-faktor lain yang menjadi faktor risiko terjadinya kelelahan bersuara juga harus diperhatikan. Penggunaan alkohol, merokok, dan obat-obatan tertentu sebaiknya dihindari karena dapat mempengaruhi kondisi permukaan plikavokalis. Salah satu penyebab iritasi laring adalah refkuks dari esofagus. Hal ini dapat mempercepat kelelahan bersuara karena akan mengakibatkan hilangnya lapisan mukus permukaan pita suara serta terkelupasnya epitel. Beberapa hal yang dianjurkan untuk mencegah refluks antara lain, pertama menghindari konsumsi kafein dan coklat karena akan mengakibatkan relaksasi spinkter esofagus. Kedua, hindari makan dan minum pada jam tidur dan sebaiknya tunggu 2-3 jam setelah makan baru kemudian tidur atau posisi ditinggikan. Bila sudah ada gejala refluks mungkin diperlukan obat-obatan untuk menetralisir asam lambung atau mengurangi produksinya.
  • Ada beberapa pendekatan penatalaksanaan. 
    • Pertama, terapi suara dengan komponen utama berupa edukasi dasar anatomi dan fisiologi produksi suara. Pasien harus mengerti hubungan antara gangguan suara dan penyebabnya sehingga lebih menyadari apa yang boleh dilakukan dan apa yang dihindari. 
    • Kedua, konservasi suara yang prinsipnya lebih praktis dan realistis dibandingkan terpai suara. Caranya adalah dengan mengurangi penggunaan suara atau istirahat bersuara (vocal rest) pada pasien dengan laringitis akut, disamping pemberian obat-obatan, yang bertujuan mengurangi oedem jaringan. Perlu juga mengurangi sumber penyalahgunaan suara dan menggunakan alat pengeras suara. 
    • Terapi tingkah laku suara ditujukan untuk meningkatkan aspek teknik penggunaan suara termasuk pernapasan perut, latihan penggunaan tinggi nada dan istirahat yang benar, meningkatkan phrasing dan tehnik-tehnik spesifik lainnya. 
    • Terapi medikamentosa terutama ditujukan untuk mengurangi oedem jaringandengan pemberian obat-obat anti inflamasi steroid atau nonsteroid. Indikasi penggunaan antibiotik atau dekongestan antihistamin pada pasien dengan suara parau jarang walaupun pada pasien juga terdapat rhinosinusitis atau bakterial laringotrakeitis, yang mungkin menyebabkan terjadi komplikasi pada pasien dengan suara parau.
    • Indikasi tindakan bedah dilakukan tergantung penyebab dari suara parau. Misalnya adanya suatu nodul atau polip yang terdapat pada pita suara maka tindakan bedah mungkin diperlukan selain juga harus menghilangkan faktor pencetus terbentuknya nodul atau polip akibat penyalahgunaan suara. Pada beberapa kondisi tertentu suara parau memerlukan terapi yang spesifik.

Penatalaksanaan secara umum dapat dilakukan sebagai berikut.

    1. Terapi konservatif  dimana Setiap tindakan dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan faktor penyebab seperti stres, merokok, dan alkohol. Minum banyak air putih dapat mencegah tenggorokan dari kekeringan.Istirahat berbicara selama dua sampai tiga hari.
    2. Terapi Wicara aitu Speech therapist memegang peranan penting dalam memberikan terapi terhadap pasien dengan gangguan pada suara, misal oleh karena vocal nodule dan kesalahan penggunaan suara.
    3. Terapi medikamentosa dengan obat dimana infeksi saluran pernafasan atas seringkali disebabkan oleh infeksi virus. Tirah baring, pemberian parasetamol atau larutan aspirin gargle dapat diberikan. Pemberian antibiotik dianjurkan jika terdapat infeksi bakteri. Nasal spray diberikan pada pasien dengan inflamasi kronik sinus. Pada pasien dengan gastroesofageal refluk, dapat diberikan medikasi untuk mengurangi sekresi asam lambung.
    4. Pembedahan dianjurkan untuk diagnosis (contoh:biopsi) dan terapi (contoh: mengambil massa tumor dan laser surgery). Operasi dapat dilakukan dengan fibre optic endoscope dengan anestesi umum. Pembedahan pada penyebab suara parau non-cancer hanya diindikasikan jika penatalaksanaan dengan cara lain gagal.

PENCEGAHAN

  • Mengistirahatkan suara dengan cara berbisik atau tidak berbicara
  • Mengonsumsi banyak cairan dan istirahat
  • Mengevaluasi apakah memiliki infeksi jamur atau tidak, khususnya pada orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau menggunakan inhaler kortikosteroid untuk asma
  • Mengatasi jumlah asam berlebih di perut jika akibat acid reflux
  • Belajar teknik bernapas, berbicara dan bernyanyi yang tepat
  • Menghindari rokok, asap rokok dan alkohol
  • Mengurangi kontak atau paparan iritasi seperti debu atau uap dari zat kimia.

Dokter Henny Kartikawati Spesialis THT

RS SMC Telogorejo Semarang
RS Columbia Asia Semarang
Praktek Pribadi Jl. Murbei no 17 A Sumurboto Banyumanik Semarang
web pribadi https://hennykartika.com dan https://dokter-tht-spesialis.com

Cara mendiagnosa Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

PENDAHULUAN
Pada dasarnya untuk mendiagnosa suatu penyakit dapat melalui beberapa metode pemeriksaan menyeluruh di mulai dari anamnesis.
Anamnesis yaitu metode mengumpulkan data dari pasien melalui teknik wawancara kepada pasien, dimana anamnesis ini dapat di lakukan secara :

  • autoanamnesis yaitu data yang diambil langsung pada pasiennya.
  • alloanamnesis yaitu data di peroleh dari informasi melalui keluarga atau orang yang mengantar pasien, ini bisa di lakukan apabila ada kendala komunikasi dengan pasien, misalnya pasien bayi yang belum dapat berkomunikasi ataupun jika pasien tersebut tidak dapat berkomunikasi akibat kegawatan suatu penyakit yang di derita pasien tersebut.

Data- data yang diambil pada anamnesis bisa menyangkut

  • identitas pasien,
  • Keluhan utama yaitu keluhan yang mendasari pasien datang ke dokter.
  • keluhan penyerta atau tambahan yaitu keluhan yang di rasakan oleh pasien selain keluhan utamap
  • riwayat penyakit sekarang yaitu apakah pasien sedang menderita suatu penyakit.
  • riwayat penyakit dahulu

Anamnesis merupakan metode terbaik dalam menentukan diagnosa penyakit seseorang, dikatakan hampir sekitar 90% data suatu penyakit di dapatkan dari data-data anmnesis, selain itu juga anamnesis di butuhkan untuk penentuan penyakit yang mirip dengan yang di derita pasien, atau dikenal dengan diagnosis banding sebuah penyakit (different diagnosa)

Setelah melakukan anamnesis, selanjutnya langkah dalam penentuan diagnosa suatu penyakit dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yaitu berupa keadaan umum pasien yaitu apakah sakit berat, sedang atau berat.

Penilaian Derajat kemampuan pasien ( ada 4 derajat menurut WHO) kesadaran pasien (apakah kompos mentis, apatis, delirium, somnolen, supor atau koma)
Untuk lebih lengkap mengenai pemeriksaan fisik dapat di baca disini

Setelah pemeriksaan fisik, mungkin di butuhkan beberapa pemeriksaan fisik tambahan sesuai dengan keluhan penyakit, misalnya pemeriksaan fisik neurologi, pemeriksaan fisik telinga hidung dan tenggorokan atau lain sebagainya.

Setelah pemeriksaan fisik, biasanya di lakukan pemeriksaan penunjang untuk sarana diagnosa, pemeriksaan penunjang di sini di maksudkan sebagai penunjang penegakan diagnosis pasti suatu penyakit. Pemerikasaan penunjang ini dapat meliputi pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
Apabila berbagai tahapan diatas telah di tempuh, maka penegakan diagnoda dapat diambil.


Pada kesempatan ini kita akan membahas Diagnosa vertigo perifer dalam hal ini vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)


 

DIAGNOSA BPPV ATAU VPPJ

Vertigo merupakan keluhan yang sangat menggangu aktivitas kehidupan sehari-hari. Sampai saat ini sangat banyak hal yang dapat menimbulkan keluhan vertigo.
Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat masih terus disempurnakan.
Vertigo posisi paroksismal jinal (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang paling sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala, beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang menimbulkan keluhan vertigonya.
Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik saja walaupun penderita merasakannya lebih lama.


Untuk mengenal BPPV atau VPPJ dapat di baca disini


ANAMNESIS
Biasanya wawancara dengan pasien dimulai dengan menanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat.
Kemudian ditanyakan keluhan utamanya, yaitu keluhan yang mendorong pasien datang berobat ke dokter.
Pada tiap keluhan atau kelainan perlu ditelusuri:

  • sejak kapan mulai, sifat serta beratnya, lokasi serta penjalarannya, hubungannya dengan waktu (pagi, siang, malam, sedang tidur, waktu haid, sehabis makan dan lain sebagainya)
  • pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya, faktor yang membuat keluhan lebih berat atau lebih ringan, dan perjalanan keluhan (apakah menetap, bertambah berat, bertambah ringan, datang dalam bentuk serangan dan lain sebagainya).
  • Pasien BPPV akan mengeluh jika kepala berubah posisi pada suatu keadaan tertentu.
  • Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang.
  • Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan muntah.

Tabel  1. Beberapa pertanyaan yang ditanyakan terkait dengan keluhan yang dirasakan pasien

Keluhan

Hal-hal yang perlu di tanyakan

Nyeri kepala

Apakah anda menderita sakit kepala?

Bagaimanakah sifatnya, dalam bentuk serangan atau terus menerus?

Dimana lokasinya?

Apakah progresif, makin lama makin berat?

Apakah mengganggu aktivitas sehari-hari?

Muntah

Apakah disertai rasa mual atau tidak?

Apakah muntah ini tiba-tiba, mendadak, dan proyektil?

Vertigo

Pernakah anda merasakan seolah-olah anda berputar atau bergerak sendiri?

Apakah rasa tersebut ada hubungannya dengan perubahan sikap?

Apakah disertai tinitus (telinga berdenging, berdesis)

Visus

Apakah ketajaman penglihaan anda menurun pada satu atau kedua mata?

Apakah anda melihat dobel (diplopia)

Pendengaran

Adakah perubahan pada pendengaran anda?

Adakah tinitus(telinga berdenging, berdesis)

Saraf otak lainnya

Adakah gangguan pada penciuman, pengecapan, salivasi dan lakrimasi?

Adakah kelemahan pada otot wajah?

Apakah bicara jadi cadel atau pelo?

Apakah sulit menelan (disfagia)?

Fungsi luhur

Bagaimana dengan memori?

Apakah anda jadi pelupa?

Bagaimana dengan kemampuan membaca, menulis, dan sebagainya?

Kesadaran

Pernakah anda kehilangan kesadaran?

Pernakah anda pingsan atau merasa lemas dan tiba-tiba jatuh?

Motorik

Adakah gerakan yang tidak cekatan?

Adakah kelemahan pada ekstremitas?

Adakah bentuk dan gerakan yang abnormal?

Sensibilitas

Adakah gangguan perasaan pada bagian tubuh atau ekstremitas?

Adakah rasa seperti kesemutan, rasa tertusuk, atau terbakar?

Apakah rasa tersebut menjalar?

Saraf otonom

Bagaimana buang air kecil, buang air besar dan libido anda?

Adakah retensio atau inkontinensia urin atau alvi?

PEMERIKSAAN FISIK PASIEN
Pada pemeriksaan, kita dapat mengobservasi seluruh keadaan pasien dengan melakukan serangkaian pemeriksaan seperti; pemeriksaan umum, pemeriksaan motorik, pemeriksaan sensorik, pemeriksaan neurologis, dan berbagai jenis pemeriksaan lainnya.


1. Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan fisik umum yang sering dipakai pada pemeriksaan BPPV yaitu pemeriksaan tanda vital antara lain tekanan darah, denyut jantung, suhu, dan nadi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan penyebab keluhan vertigo, misalnya adanya kenaikan tekanan darah atau penurunan tekanan darah bisa di curiga bahwa bukan  Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), sebab Pada penderita vertigo, khususnya Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya pemeriksaan fisik umum biasanya normal.
2. Pemeriksaan fisik neurologis
Pemeriksaan saraf kranialis antara lain : pemeriksaan nervus facialis (N. VII) dan nervus vestibularis (N. VII), pemeriksaan tonus dan kekuatan motorik, koordinasi dan keseimbangan
neurologis dan motoriknya normal.

  • Pemeriksaan N.VII (N. Faciallis)
    • Cara pemeriksaan:
      • Mula-mula dilakukan observasi wajah pada waktu pasien diam, tertawa, menangis, bersiul dan menutup mata.
      • Pasien diminta mengerutkan dahi, kemudian menutup mata kuat-kuat sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua kelopak mata agar tetap terbuka.
      • Pasien diminta mengembungkan pipi seperti meniup balon sambil pemeriksa melakukan palpasi pipi kiri dan kanan untuk menentukan apakah udara dapat lolos lewat salah satu sudut mulut.
      • Pada pasien dengan penurunan kesadaran atau koma, pemeriksaan dilakukan dengan membangkitkan rasa nyeri misalnya dengan menekan kuat-kuat prosesus stiloideus hingga pasien menyeriangi.
    • Penilaian:
      • Normal: bila muka kurang lebih simetrik dalam semua gerakan.
      • Paresis perifer nervus fasialis: bila separuh muka kurang dalam setiap gerakan.
      • Paresis sentral nervus fasialis: bila otot-otot wajah bagian bawah terkena sedang otot-otot dahi normal.
  • pemeriksaan Nervus Vestibularis untuk keseimbangan.
    • Pemeriksaan nervus vestibularis dilakukan dengan memperhatikn adanya “dizziness”, vertigo (mabuk, pusing) atau kehilangan keseimbangan hingga tubuh bergoyang-goyang. Pada gangguan unilateral goyangan tubuh terjadi ke arah satu sisi dan ada deviasi postural, sering disertai deviasi kinetik atau “past pointing”. Gangguan vestibuler biasanya disertai deviasi okuler atau nistagmus.

3. Pemeriksaan Test Provokasi Nistagmus
Diagnosis BPPV dapat dilakukan dengan melakukan tindakan provokasi dan menilai timbulnya nistagmus pada posisi tersebut. Kebanyakan kasus BPPV saat ini disebabkan oleh kanalitiasis bukan kupolitiasis.
Nistagmus adalah gerak bola mata kian kemari yang terdiri atas dua fase yaitu fase lambat dan fase cepat. Fase lambat merupakan reaksi sitem vestibular terhadap rangsangan, sedangkan fase cepat merupakan reaksi kompensasinya. Nistagmus merupakan parameter yang akurat untuk menentukan aktivitas sistem vestibular.

video

Perbedaan antara berbagai tipe BPPV dapat dinilai dengan mengobservasi timbulnya nistagmus secara teliti, dengan melakukan berbagai perasat provokasi menggunakan infrared video camera. test provokasi timbulnya nistagmus ini di lakukan untuk mengetahui dimana lokasi massa kalsifikasi di dalam organ canalis semisirkularis, sebab vertigo perifer terjadi karena terbentuknya massa kalsifikasi di kanalis semisirkularis.
Dikenal tiga jenis perasat untuk memprovokasi timbulnya nistagmus yaitu;

  • perasat Dix Hallpike
  • perasat side lying
  • perasat roll.

Perasat Dix Hallpike merupakan perasat yang paling sering digunakan. Side lying test digunakan untuk menilai BPPV pada kanal posterior dan anterior. Perasat Roll untuk menilai vertigo yang melibatkan kanal horisontal.
Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan cara memprovokasi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis semi sirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix-Hallpike atau side lying.


  • a. Perasat Dix-Hallpike
    • Perasat Dix-Hallpike lebih sering digunakan karena pada perasat tersebut posisi kepala sangat sempurna untuk Canalith Repositioning Treatment (CRT) . Uji Dix-Hallpike  (Juga disebut Nylen-Barany test) berguna menentukan apakah vertigo dipicu oleh gerakan kepala tertentu.
    • Pada saat perasat provokasi dilakukan, pemeriksa harus mengobservasi timbulnya respon nistagmus pada kacamata Frenzel yang dipakai oleh pasien dalam ruangan gelap, lebih baik lagi bila direkam dengan system video infra merah (VIM). Penggunaan VIM memungkinkan penampakan secara simultan dari beberapa pemeriksaan dan rekaman dapat disimpan untuk penayangan ulang.
    • Perasat Dix-Hallpike pada garis besarnya terdiri dari dua gerakan.
        • Perasat Dix-Hallpike kanan pada bidang kanal anterior kiri dan kanal posterior kanan dan
        • perasat Dix-Hallpike kiri pada bidang posterior kiri dan anterior kanan.
    • Untuk melakukan perasat Dix-Hallpike kanan, pasien duduk tegak pada meja pemeriksaan dengan kepala menoleh 45 derajat ke kanan. Dengan cepat pasien dibaringkan dengan kepala tetap miring 45 derajat  ke kanan sampai kepala pasien menggantung 20-30° pada ujung meja pemeriksaan, tunggu 40 detik sampai respon abnormal timbul. Penilaian respon pada monitor dilakukan selama kurang lebih 1 menit atau sampai respon menghilang.
    • Setelah tindakan pemeriksaan ini maka dapat langsung dilanjutkan dengan Canalith Repositioning Treatment (CRT) bila terdapat abnormalitas. Bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila perasat tersebut tidak diikuti dengan CRT maka pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali.
    • Lanjutkan pemeriksaan dengan perasat Dix-Hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 45  derajat   ke kiri, tunggu maksimal 40 detik sampai respon abnormal hilang. Bila ditemukan adanya respon abnormal, dapat di lanjutkan dengan CRT, bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila tidak dilanjutkan dengan tindakan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali.

Hasil

  • Hasil tes yang normal berarti bahwa Anda tidak memiliki vertigo atau nystagmus selama tes.
  • Sebuah hasil tes abnormal berarti bahwa Anda memiliki vertigo atau nystagmus selama tes. Sangat mungkin bahwa vertigo disebabkan oleh masalah telinga bagian dalam atau masalah otak, tergantung pada cara Anda bereaksi terhadap tes

  • b. Perasat side lying
    • Perasat side lying juga terdiri dari 2 gerakan yaitu
      • perasat side lying kanan yang menempatkan kepala pada posisi di mana kanalis anterior kiri atau kanalis posterior kanan pada bidang tegak lurus garis horisontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah dan
      • perasat side lying kiri yang menempatkan kepala pada posisi di mana kanalis anterior kanan dan kanalis posterior kiri pada bidang tegak lurus garis horisontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah.
    • Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi meja, kemudian dijatuhkan ke sisi kanan dengan kepala ditolehkan 45° ke kiri (menempatkan kepala pada posisi kanalis anterior kiri atau kanalis posterior kanan), tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal. Pasien kembali ke posisi duduk untuk diakukan perasat Sidelying kiri, pasien secara cepat dijatuhkan ke sisi kiri dengan kepala ditolehkan 45° ke kanan (menempatkan kepala pada posisi kanalis anterior kanan/kanalis posterior kiri). Tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal.

Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, kurang lebih 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.
Pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan mencatat arah fase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus ke depan;

  • fase cepat ke atas berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis posterior kanan,
  • fase cepat ke atas berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis posterior kiri,
  • fase cepat ke bawah berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis anterior kanan,
  • fase cepat ke bawah berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis anterior kiri.

Respon abnormal diprovokasi oleh perasat Dix-Hallpike atau side lying pada bidang yang sesuai dengan kanal yang terlibat. Perlu diperhatikan, bila respon nistagmus sangat kuat, dapat diikuti oleh nistagmus sekunder dengan arah fase cepat berlawanan dengan nistagmus pertama. Nistagmus sekunder terjadi oleh karena proses adaptasi sistem vertibuler sentral.
Perlu dicermati bila pasien kembali ke posisi duduk setelah mengikuti pemeriksaan dengan hasil respon positif, pada umumnya pasien mendapat serangan nistagmus dan vertigo kembali. Respon tersebut menyerupai respon yang pertama namun lebih lemah dan nistagmus fase cepat timbul dengan arah yang berlawanan. Hal tersebut disebabkan oleh gerakan kanalith ke kupula.
Pada umumnya BPPV timbul pada kanalis posterior dari hasil penelitian terhadap 77 pasien BPPV. Terdapat 49 pasien (64%) dengan kelainan pada kanalis posterior, 9 pasien (12%) pada kanalis anterior, 18 pasien (23%) tidak dapat ditentukan jenis kanal mana yang terlibat, serta didapatkan satu pasien dengan keterlibatan pada kanalis horizontal. Kadang-kadang perasat Dix-Hallpike / side lying menimbulkan nistagmus horizontal.
Nistagmus ini bisa terjadi karena nistagmus spontan, nistagmus posisi atau BPPV pada kanalis horizontal. Bila timbul nistagmus horizontal, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pemeriksaan roll test. Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa

Tabel  : Ciri Nistagmus Posisional

Lesi Perifer

Lesi Sentral

Vertigo

Berat

Ringan

Masa Laten

Ya

Tidak

Jadi Capai/Lelah

Ya

Tidak

Habituasi

Ya

Tidak


  • Tes kalori.
    • Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat kebelakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah suhu badan) air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik.
    • Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri (karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung dicatat. Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara½ – 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.
    • Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita sedemikian 5mL air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es20 mL selama 30 detik. Bila ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.
    • Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal hipoaktif atau tidak berfungsi.

4. Pemeriksaan Fungsi keseimbangan

  • Romberg’s sign
    • Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan.
    • walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness(tidak hanya erbatas pada vertigo) misalnya drug related vertigo, seizure, arrhythmia,atau cerebrovascular event.
    • Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu).
    • Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebelar badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

Cara melakukan test romberg sign

  • Tes berjalan
    • Penderita disuruh berjalan maju dan mundur dengan mata terbuka dan tertutup diperlihatkan deviasi gaya berjalan. Jika terdapat devisiasi maka terdapat gangguan keseimbangan
  • Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
    • Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruhmengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup.
    • Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita kearah lesi
  • Posturografi
    • Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai peranan penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik.
    • Tes ini dilakukan dengan 6 tahap :
      • Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam keadaan biasa (normal)
      • pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa dengan tes romberg)
      • pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.
      • pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang. Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari badan bagian bawah dapat diganggu.
      • mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
      • pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak digoyang.
    • Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau;tidak akurat) sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk input(informasi)

5. Pemeriksaan fungsi pendengaran
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada gangguan pendengaran bersamaan dengan keluhan vertigo.
Fungsi Pendengaran

  • Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif
  • Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay

6. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan kepala dan leher meliputi :

  • pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan vesikel (misalnya herpes zoster auticus (Ramsay Hunt Syndrome))atau kolesteaatoma
  • Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yangterjadi ketika mendorong tragus danmeatus akustikus eksternus pada siis yang bermasalah) mengindikasikan fistula perikimfatik .
  • Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk meningkattekanan melawan tuba eusthacius dan telinga dalam) dapat menyebabkan vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik atau dehiscence kanalis semisirkularis anterior. Namun nilai diagnostic berdasarkan klinis ini masih terbatas
  • Head impulses test
    • Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan diinstruksikan untuk tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan kepala pasien. Dimulai dengan pemeriksa menolehkan kepala pasien ke salah satu sisi pelan-pelan setelah itu pemeriksa menolehkan kepala pasien sisi lainnya horizontal 20 derajat dengan cepat. Pada orang yang normal tidak ada saccades mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika ada sakade setelahnya maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada vestibular perifer pada sisi itu


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Karena manuver Dix-Hallpike adalah pathognomonic, tes laboratorium tidak diperlukan untuk membuat diagnosis vertigo posisional paroksismal jinak (BPPV). Namun, karena hubungan yang tinggi dengan penyakit telinga bagian dalam ada, hasil pemeriksaan laboratorium mungkin diperlukan untuk menggambarkan ini patologi lainnya.

  • Pemeriksaan laboratorium
    • Darah lengkap, profil lipid, asam urat, hemostasis
    • Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan  diagnosa banding vertigo
  • Studi Imaging
    • Imaging studi tidak diperlukan dalam hasil pemeriksaan dari seorang pasien yang diduga BPPV., namun jika di ragukan apakah vertigonya bukan merupakan VVPJ, maka studi imaging dapat di lakukan baik dengan Foto kepala, CT-scan, maupun MRI
  • Electronystagmography
    • Gerakan mata torsional tidak dapat ditunjukkan secara langsung, tapi kadang-kadang electronystagmography (INA) sangat membantu dalam mendeteksi kehadiran dan waktu nystagmus.
    • Hasil tes kalori bisa normal atau hypofunctional.
    • Menurut Mohammed Hamid, MD, respons vestibular berkurang dapat terjadi sekunder yaitu kelemahan dari endolymph partikel-sarat.
    • BPPV dapat berasal dalam telinga dengan absent caloric response karena suplai saraf dan pembuluh darah ke saluran horizontal yang terpisah dari PSC.
  • Infrared nystagmography: pergerakan mata torsional dapat ditunjukkan secara langsung.
  • Audiogram: Hasil audiogram mungkin dapat normal.

DIAGNOSA VERTIGO POSISI PAROKSIMAL JINAK

  • Benign Paroxysmal Postional Vertigo (BPPV) adalah suatu vertigo dengan gejala-gejala antara lain episode-episode vertigo yang singkat, dipicu opleh perubahan posisi kepala,lamanya beberapa detik sampai beberapa menit, bersifat intrmiten, dengan gejala lain seperti mual, rasa melayang, dan ketidakseimbangan.
  • Mendiagnosis BPPV dapat dilakukan dengan tindakan provokasi dan menilai timbulnya nistagmus pada posisi tersebut. Dikenal tiga perasat untuk provokasi timbulnya nistagmus yaitu: perasat dix-hallpike, perasat side lying dan perasat roll.
  • Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang munculnya lambat kurang lebih 40 detik kemudian nistagmus menghilang kurang dari 1 menit kemungkinan penyebabnya adalah kanalitiasis sedangkan yang disebabkan oleh kupolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari lebih dari 1 menit dan vertigo terjadi bersama dengan nistagmus
  • Selain itu dapat juga didiagnosis kanal mana yang terlibat dengan cara mencatat arah fase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus kedepan
    • Fase cepat keatas, berputar kekanan menunjukan BPPV pada kanalis posterior kanan
    • Fase cepat keatas, berputar kekiri menunjukan BPPV pada kanalis posterior kiri
    • Fase cepat kebawah, berputar kekanan menunjukan BPPV pada kanalis anterior kanan
    • Fase cepat keatas, berputar kekanan menunjukan BPPV pada kanalis anterio

https://konsultasispesialis.com #dokterthtsemarang @drhennytht

Pengelolaan Kurang Pendengaran pada Anak

Gangguan pendengaran dianggap sebagai kelainan bawaan yang banyak terjadi pada bayi baru lahir.  Kurang pendengaran bisa disebabkan karena faktor sebelum persalinan, saat persalinan dan pasca persalinan. Kelainan genetik, trauma atau penyakit viral bisa juga sebagai penyebab. Gangguan pendengaran mungkin pra-lingual (yaitu, terjadi sebelum bisa berbicara dan berbahasa) atau pasca-lingual (yaitu, terjadi setelah bisa bicara dan berbahasa).

Usia 3-5 tahun sering dianggap sebagai “masa kritis” bagi perkembangan bicara yang normal dan bahasa. Pendengaran normal dalam enam bulan pertama kehidupan juga dianggap penting untuk kemampuan bicara dan bahasa yang normal. Oleh karena itu, identifikasi awal dan intervensi yang tepat dalam enam bulan pertama kehidupan sangat penting untuk mencegah  konsekuensi kurang pendengaran yang merugikan kemampuan berbahasa. Di negara-negara maju dengan standar tinggi perawatan kesehatan, pelayanan dasar meliputi deteksi dini gangguan pendengaran bawaan dan inisiasi habilitasi pendengaran sebelum usia enam bulan.

Perkembangan keterampilan komunikasi oleh orang dengan gangguan pendengaran sangat berpengaruh terhadap kepribadian, kecerdasan. Onset memainkan peran penting dalam perkembangan bahasa. Orang dengan gangguan pendengaran pra-lingual (hadir sejak lahir atau terjadi sebelum akuisisi bahasa dan pengembangan pola bicara) lebih fungsional cacat daripada mereka yang kehilangan pendengaran setelah akuisisi bahasa dan bicara.

Gangguan pendengaran, dibedakan atas :

1. Jenis gangguan pendengaran (bagian dari mekanisme pendengaran yang terpengaruh yaitu hantaran atau sensorineural ).

2. Derajat gangguan pendengaran (jangkauan atau intensitas volume suara yang tidak terdengar).

3. Konfigurasi ( frekuensi di mana kurang pendengaran terjadi).

Habilitasi pendengaran (memberikan fungsi pendengaran yang seharusnya dimiliki seseorang) ditujukan untuk bayi / anak yang belum memiliki kemampuan/ pengalaman mendengar sebelumnya. Dilakukan bila sudah dipastikan mengalami ketulian. Program ini berupa

(1) amplifikasi ( memperkeras input suara) misalnya melalui berbagai pilihan (alat bantu dengar (hearing aid) bila tidak berhasil perlu dipertimbangkan implantasi koklea ( memasukkan kabel elektroda ke dalam rumah siput/koklea, melalui operasi).

(2) Auditory training(latihan mendengar) dan

(3) Latihan Wicara (pilihan :Speech therapy, Auditory Verbal Therapy, Sensory Integration).

Deteksi dini gangguan pendengaran pada bayi sudah DIMULAI SEJAK USIA 2 HARI ( sebelum keluar dari RS), bila hasilnya refer (gagal) atau ada faktor risiko (misalnya lahir kuning, berat badan kurang dari 1500 gr, waktu hamil ibu mengalami infeksi toksoplasma atau Rubela) perlu pemeriksaan pendengaran lanjutan pada usia 1 dan 3 bulan. Pada USIA 3 BULAN SUDAH HARUS DIPASTIKAN ADA/TIDAKNYA GANGGUAN PENDENGARAN sehingga HABILITASI SUDAH DIMULAI SEBELUM USIA 6 BULAN. dengan habilitasi yang baik diharapkan KEMAMPUAN WICARA PADA SAAT USIA 3 TAHUN BISA MENDEKATI ANAK NORMAL.

Pemeriksaan pendengaran HARUS menggunakan cara cara yang obyektif ( sensitivitas mendekati 100%) yaitu Oto Acoustic Emission (OAE) dan BERA ( Brainstem Evoked response Audiometry) . OAE untuk menentukan fungsi sensor bunyi rumah siput pada ( usia 2 hari , 1 dan 3 bulan). BERA utk menentukan menilai reaksi saraf pendengaran terhadap bunyi dari luar ( diperiksa saat usia 1- 3 bulan). Skrining pendengaran secara masal dan berkala juga dilakukan pada murid sekolah dan pekerja industry (risiko terpapar bising) dengan tehnik/ metode berbeda (dengan bayi/ anak).

sebagian dikutip dari : http://akrab.or.id/?page_id=146

Dokter Henny Kartikawati Spesialis THT

RS SMC Telogorejo Semarang
RS Columbia Asia Semarang
Praktek Pribadi Jl. Murbei no 17 A Sumurboto Banyumanik Semarang
web pribadi https://hennykartika.com dan https://dokter-tht-spesialis.com