Pengelolaan Kurang Pendengaran pada Anak

Gangguan pendengaran dianggap sebagai kelainan bawaan yang banyak terjadi pada bayi baru lahir.  Kurang pendengaran bisa disebabkan karena faktor sebelum persalinan, saat persalinan dan pasca persalinan. Kelainan genetik, trauma atau penyakit viral bisa juga sebagai penyebab. Gangguan pendengaran mungkin pra-lingual (yaitu, terjadi sebelum bisa berbicara dan berbahasa) atau pasca-lingual (yaitu, terjadi setelah bisa bicara dan berbahasa).

Usia 3-5 tahun sering dianggap sebagai “masa kritis” bagi perkembangan bicara yang normal dan bahasa. Pendengaran normal dalam enam bulan pertama kehidupan juga dianggap penting untuk kemampuan bicara dan bahasa yang normal. Oleh karena itu, identifikasi awal dan intervensi yang tepat dalam enam bulan pertama kehidupan sangat penting untuk mencegah  konsekuensi kurang pendengaran yang merugikan kemampuan berbahasa. Di negara-negara maju dengan standar tinggi perawatan kesehatan, pelayanan dasar meliputi deteksi dini gangguan pendengaran bawaan dan inisiasi habilitasi pendengaran sebelum usia enam bulan.

Perkembangan keterampilan komunikasi oleh orang dengan gangguan pendengaran sangat berpengaruh terhadap kepribadian, kecerdasan. Onset memainkan peran penting dalam perkembangan bahasa. Orang dengan gangguan pendengaran pra-lingual (hadir sejak lahir atau terjadi sebelum akuisisi bahasa dan pengembangan pola bicara) lebih fungsional cacat daripada mereka yang kehilangan pendengaran setelah akuisisi bahasa dan bicara.

Gangguan pendengaran, dibedakan atas :

1. Jenis gangguan pendengaran (bagian dari mekanisme pendengaran yang terpengaruh yaitu hantaran atau sensorineural ).

2. Derajat gangguan pendengaran (jangkauan atau intensitas volume suara yang tidak terdengar).

3. Konfigurasi ( frekuensi di mana kurang pendengaran terjadi).

Habilitasi pendengaran (memberikan fungsi pendengaran yang seharusnya dimiliki seseorang) ditujukan untuk bayi / anak yang belum memiliki kemampuan/ pengalaman mendengar sebelumnya. Dilakukan bila sudah dipastikan mengalami ketulian. Program ini berupa

(1) amplifikasi ( memperkeras input suara) misalnya melalui berbagai pilihan (alat bantu dengar (hearing aid) bila tidak berhasil perlu dipertimbangkan implantasi koklea ( memasukkan kabel elektroda ke dalam rumah siput/koklea, melalui operasi).

(2) Auditory training(latihan mendengar) dan

(3) Latihan Wicara (pilihan :Speech therapy, Auditory Verbal Therapy, Sensory Integration).

Deteksi dini gangguan pendengaran pada bayi sudah DIMULAI SEJAK USIA 2 HARI ( sebelum keluar dari RS), bila hasilnya refer (gagal) atau ada faktor risiko (misalnya lahir kuning, berat badan kurang dari 1500 gr, waktu hamil ibu mengalami infeksi toksoplasma atau Rubela) perlu pemeriksaan pendengaran lanjutan pada usia 1 dan 3 bulan. Pada USIA 3 BULAN SUDAH HARUS DIPASTIKAN ADA/TIDAKNYA GANGGUAN PENDENGARAN sehingga HABILITASI SUDAH DIMULAI SEBELUM USIA 6 BULAN. dengan habilitasi yang baik diharapkan KEMAMPUAN WICARA PADA SAAT USIA 3 TAHUN BISA MENDEKATI ANAK NORMAL.

Pemeriksaan pendengaran HARUS menggunakan cara cara yang obyektif ( sensitivitas mendekati 100%) yaitu Oto Acoustic Emission (OAE) dan BERA ( Brainstem Evoked response Audiometry) . OAE untuk menentukan fungsi sensor bunyi rumah siput pada ( usia 2 hari , 1 dan 3 bulan). BERA utk menentukan menilai reaksi saraf pendengaran terhadap bunyi dari luar ( diperiksa saat usia 1- 3 bulan). Skrining pendengaran secara masal dan berkala juga dilakukan pada murid sekolah dan pekerja industry (risiko terpapar bising) dengan tehnik/ metode berbeda (dengan bayi/ anak).

sebagian dikutip dari : http://akrab.or.id/?page_id=146

Dokter Henny Kartikawati Spesialis THT

RS SMC Telogorejo Semarang
RS Columbia Asia Semarang
Praktek Pribadi Jl. Murbei no 17 A Sumurboto Banyumanik Semarang
web pribadi https://hennykartika.com dan https://dokter-tht-spesialis.com

Menilai Derajat Ketulian

Kurang pendengaran itu tidak harus tuli total. Tidak bisa mendengar suara bisikan, sudah bisa di sebut sebagai kurang pendengaran derajat ringan.

Apabila anda melihat audigram (grafik dari test audiometri), jika garis biru dan merah anda berada di antara 0-20dB, maka pendengaran anda normal.

dibawah ini adalah level (derajat) dari ketulian :
20-40 dB maka pasien ini tidak mampu mendengar bisikan (derajat ringan)
41-70 dB maka pasien ini tidak dapat mendengar suara percakapan (derajat sedang)

71-95 dB maka pasien ini tidak dapat mendengar teriakan (derajat berat)

> 95 dB maka pasien ini bahkan tidak dapat mendengar suara ledakan bom (tuli total)

Bila ada dalam lingkungan anda pasien dengan ketulian yang ringan sekalipun, bawa dia untuk diperiksakan, intinya utuk dicegah agar ketuliannya tidak memberat dan segera bisa dikembalikan ke pendengaran normal.

Kalau derajatnya sedang ? Apalagi itu, “cepetan” adalah kata yang seharusnya ada di pikiran anda.

Kalau derajat berat atau tuli total ? Ada yang namanya sudden deafness, tuli mendadak yang bisa disebabkan karena virus dimana masih mungkin diselamatkan pendengaran dengan pengobatan.

Intinya jangan sampai pendengaran anda berada di titik ketulian permanen akibat keterlambatan penanganan, yang dengan kata lain, kalau sudah terlanjur tuli permanen, berobat ke Amerikapun tidak sembuh.

Nanti kita akan bicara tentang ketulian pada anak, yang tentu saja pengelolaannya berbeda dengan ketulian pada dewasa. Beda mengelola yang sebelumnya belum bisa mendengar dan yang sudah pernah bisa mendengar juga berkata-kata.