ANESTHESI PADA PEMBEDAHAN TELINGA TENGAH DAN DALAM

  • Kondisi operasi yang aman dan nyaman didapatkan pada operasi telinga baik melalui anestesi lokal maupun anestesi umum.

Masalah utama berupa:

  • 1. Theatre seringkali relatif gelap (anastetis disarankan untuk menolak bekerja pada kondisi gelap total.
  • 2. Difusi N2O dapat meningkatkan tekanan pada obstruksi telinga tengah.
  • 3. Kemungkinan besar terjadinya muntah pasca operasi.

ANESTESI LOKAL

  • Prosedur pembedahan telinga seperti operasi premeatal, stapedektomi, dan pembedahan telinga tengah yang tidak disertai komplikasi dimana lamanya kurang dari 2 jam, dapat diberikan pada pasien yang terseleksi penggunaan infiltrasi dari lokal anestesi dan titrasi sedasi yang hati-hati. Pasien harus mengerti, komunikatif dan kooperatif (harus selalu diingat, terutama selama bedah mikroskopik telinga tengah). Pada kunjungan preoperatif, anestesiolog sebaiknya mempersiapkan juga pemeriksaan yang sama seperti pada anestesi umum. 
  • Tujuan sedasi preoperatif adalah membuat pasien tenang, kooperatif, dan nyaman tetapi tidak overmedicated atau kehilangan kontak dengan sekitar. Sedasi ringan dapat diberikan titrasi iv propofol (0,5-0,7 mg/kg) selama penyuntikan lokal anestesi dan, jika perlu, disertai midazolam (0,02-0,04 mg/kg iv) selama prosedur.

BLOK SARAF

  • Terdapat empat saraf sensoris yang menginervasi telinga. N auriculotemporal (bagian mandibula dari saraf trigeminal) mensuplai meatus auditorius yang lebih luar dan dapat diblok dengan injeksi 2 ml lokal anestesi kedalam dinding anterior meatus auditorius eksternus. Cabang utama n. aurikular (pleksus saraf servikal) menyuplai bagian medial-bawah dari aurikula dan sebagian meatus auditorius eksternus. Berkas aurikular N. Vagus berjalan diantara processus mastoideus dan meatus auditorius eksternus untuk mensuplai konkha dan meatus auditorius eksternus. Saraf utama aurikular dan aurikular (vagus) dapat diblok dengan injeksi 2-3 ml lokal anestesi posterior ke saluran telinga (saraf utama aurikular). Saraf tympani (N. Glossofaringeus) mensuplai cavum tympani dan dapat dilakukan blok topikal dengan menginstalasi 4% lidokain. Ketika perforasi luas membran tympani, berhati-hati untuk tidak memasukan substansi beracun kedalam canalis auditorius, karena dapat merusak ruang telinga tengah.
  • Penambahan efinefrin pada lokal anestesi meningkatkan intensitas dan durasi dari efek dan memberikan vasokonstriksi lokal, yang dapat menurunkan perdarahan. Dosis aman bagi efinefrin adalah 0,1 mg (10 ml dalam konsentrasi 1:10.000) dan bila perlu dapat diulang setelah 20 menit.

ANESTESI UMUM

  • Anestesi umum pada bedah telinga membutuhkan perhatian untuk menjaga n. facialis, dan efek N2O pda telinga tengah, posisi kepala yang ekstrim, kemungkinan emboli udara, kehilangan darah, dan, selama bedah mikro pada telinga, kontrol perdarahan, dan pencegahan mual dan muntah.

Posisi Penderita Selama Pembedahan Telinga

  • Ketika posisi kepala penderita pada pembedahan dengan anestesi umum, salah satunya termasuk ekstensi kepala yang ekstrem dan diputarnya leher. Cedera dapat terjadi pada pleksus brachialis (cedera regangan) atau servik vertebrae. Penderita dengan aliran darah karotis yang terbatas terutama mudah terserang penurunan aliran darah yang berlanjut pada posisi leher yang berlebihan.

Menjaga N. Facialis

  • Identifikasi pembedahan dan penjagaan terhadap n. facialis merupakan hal yang esensial dalam banyak pembedahan pada telinga. Hal tersebut menjadi lebih mudah diketahui dan dikonfirmasikan jika pasien tidak lumpuh total. Jika tehnik pelumpuh otot narkotik harus dipakai, efek dari pelumpuh otot harus dimonitor untuk memastikan masih tersisanya 10-20% respon otot. Prosedur pembedahan telinga dihubungkan dengan 0,6-3,0% insiden paralisis n. facialis. Monitoring intraoperatif berupa bangkitan aktivitas electromyographic wajah dapat menjaga fungsi n. facial selama pembedahan pada mastoid/area tulang temporal.

Nitrous Oksida dan Tekanan Telinga Tengah

  • Telinga tengah dan sinus-sinus paranasal merupakan rongga normal berudara dan tetap terbuka, ruangan tanpa ventilasi. Ruangan telinga tengah mendapat ventilasi intermiten saat tuba eusthachia terbuka. Ekspansi dari udara ruangan melalui pergantian nitrogen dengan N2O dimana terdapat perbedaan 34-kalilipat antara koefisien darah/gas dari dua gas (0,013 untuk nitrogen dan 0,46 untuk N2O). Terutama pada inhalasi dengan konsentrasi tinggi, N2O memasuki ruang berudara lebih cepat dari keluarnya nitrogen. Pada ruang yang tetap seperti telinga tengah, akan menghasilkan peningkatan tekanan. Normalnya ventilasi pasif pada tuba eusthachii menghasilkan tekanan sekitar 200-300 mmH2O. Jika fungsi tuba eusthachii menurun karena trauma bedah, penyakit atau inflamasi dan udema akut, tekanan telinga tengah dapat mencapai 375 mmH2O dalam 30 menit mulai diberikannya N2O.
  • Sebagai tambahan, setelah penghentian N2O, gas dengan cepat direabsorbsi, dan menyokong, ditandai, terbentuknya tekanan negatif telinga tengah. Saat fungsi tubae eusthachii abnormal, tekanan negative telinga -285 mm H2O dapat tercapai setelah 75 menit penghentian N2O. Tekanan tertentu dapat mendukung terjadinya serous ottitis, disartikulasi stapes, dan mengganggu pendengaran. Diperlihatkan tanda berubahnya tekanan telinga tengah berhubungan dengan N2O, Patterson dan Bartlet juga mencatat gangguan pendengaran yang disebabkan oleh hematotympani dan disartikulasi penopang stapes. Penelitian ini dipercaya bahwa anestesi N2O dapat beresiko pada pendengaran pasien yang mendapatkan bedah rekonstruksi telinga tengah sebelumnya.
  • Memburuknya fungsi telinga tengah untuk sementara, peningkatan cepat tekanan telinga tengah sesuai dengan konsentrasi inhalasi N2O, mual dan muntah, dan sobeknya membran tympani semua berhubungan dengan meningkatnya tekanan telinga tengah dan fungsi abnormal tuba eustachii selama anestesi N2O diberikan pada pasien yang rentan. Pasien yang rentan termasuk di dalamnya adalah dengan riwayat bedah otologik, otitis media akut atau kronik, sinusitis, infeksi saluran nafas bagian atas, membesarnya adenoid, dan kondisi patologis pada nasofaring. Menurunnya kepekaan, meningkatnya hambatan, dan tuli hantaran telah ditemukan pada pasien yang diberikan anestesi N2O untuk adenotonsilektomi.
  • Bulging eardrum dan “lifting of” graft membrana tymfani dapat terjadi selama bedah tymphanoplasty. Tidak ditemukan kejadian penggunaan N2O (kurang dari 50%) pada anestesi umum typanoplasti tipe I yang mengganggu penempatan graft atau hasil akhir prosedur pembedahan. Untuk menghindari komplikasi, anestetis harus mengetahui batas konsentrasi N2O sampai 50% dan menghentikan penggunaannya 15 menit sebelum menutup telinga tengah

Pembedahan Telinga Tengah : Mual dan Muntah

  • Prosedur pada telinga tengah sering menyebabkan mual dan muntah. PONV dapat merusak hasil rekonstruksi telinga tengah yang lembut. Pengaturan anestesi pembedahan telinga tengah termasuk didalamnya adalah minimalisasi PONV. Banyak obat yang terbukti efektif, termasuk infus propofol, granisetron, transdermal scopolamine, ondansetron, droperidol, dan eliminasi N2O. Diperlihatkan juga bahwa N2O mendorong muntah pada anak setelah anestesi umum singkat untuk miringotomi. PONV dapat dikontrol dengan dosis iv obat potensial antiemesis (contoh droperidol, 0,01/kg: ondansetron, 0,05 mg/kg; atau dolasetron, 0,20 mg/kg) diberi selama pembedahan.

Miringotomy

  • Anestesi umum, contoh dengan LMA, cukup memuaskan. Vagal henti jantung dapat terjadi bila area ‘vagal’ pada membran tympani (disuplai oleh serabut auricular) di incisi (dapat dihindari dengan pemberian atropin).
  • Beberapa jenis analgesi diperlukan pada seluruh anak yang diobati tanpa rawat inap. Derkay dkk menemukan bahwa dapat digunakan tetes telinga saat operasi yang telah dicampur dengan 4% lidokain, penggunaan analgesik oral preoperasi dapat memberikan sedikit manfaat. Pemberian oral preoperasi berupa acetaminofen, atau acetaminofen dengan codein, dan bahkan buthorphanol intranasal direkomendasikan sama efektifnya.

Operasi mastoid

  • Operasi dengan obstruksi telinga tengah, N2O dapat mengakibatkan peningkatan tekanan telinga tengah terjadi bulging pada intact drum. Terjadi peningkatan tekanan dengan respirasi spontan (39 mmH2O/menit), IPPV (63mmH2O/menit) dapat terjadi terus selama 5 menit. Penting bagi operasi seperti miringoplasti. Dapat dihindari dengan menghentikan N2O, 30 menit sebelum graft. Anertesi bisa dengan obat iv dan udara atau oksigen, volatile agent, sedative dan opioid sampai pembedahan selesai. Withdrawal N2O dapat mengakibatkan tekanan subatmospheric dan retraksi tympani.

Ketulian pada dewasa

ketulian pada dewasa, sebanya banyak. Baro trauma, sura bising, infeksi telinga dll.
Hal ini membuat pasien sangat terpukul.

Di dalam praktek sehari-hari tidak jarang kita bertemu dengan pasien bukan di usia tua, bukan pula anak-anak tapi dewasa yang kurang pendengaran.

Pasien yang dinyatakan tuli derajat berat maupun tuli total di usia ini, lebih terpukul secara mental. Mereka di usia produktif. Banyak sebab di usia dewasa ini mereka terkena problem kurang pendengaran. Suara bising yg keras dan terus menerus adalah sebab yang paling sering, kemudian disusul adanya infeksi telinga yg mendahului, ototoksisitas (keracunan obat), trauma/ benturan, vascular insult (gangguan vaskuler) dan infeksi virus. Faktor-faktor resiko diatas bisa dipelajari sendiri.

Disini saya ingin mengingatkan kembali pentingnya anamnese yg kompllit untuk menemukan kemungkinan penyebab. Yang harus anda tanyakan adalah : 1. onset (kapan, progresivitas dan apakah kejadiannya mendadak).
2. unilateral atau bilateral.
3. ada tidaknya otalgia (earache), lendir di telinga, vertigo dan tinnitus.
4. riwayat stroke, diabetes, penyakit jantung sebelumnya.
5. obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Ataukah sebelumnya diberikan injeksi antibiotika, diuretik, salisilat atau kemoterapi ?
6. Terpaparkah dengan suara bising ?
7. kaitan dengan profesi pekerjaannya : pilot, pemain drum, pekerja pabrik textil ?

Walau secara jumlah kasus tidak banyak, bisa saja terjadi ketulian paska persalinan. Ketuliannya mungkin disebabkan krn vascular insult atau baro trauma. Vaskular insult terkait dengan emboli atau tekanan darah. Baro trauma terkait dengan mengejan.

You know what ? mungkinkah ibu ini tidak terpukul dengan ketuliannya ? Mungkinkah anda memberi harapan bahwa dia akan kembali normal disaat dia berobat setelah 6 bulan merasa tuli ? Too late. And too late is not a fine word.

What my heart feels is what my patient feels. Would like to make this mom smile again, noticing the words again ?

Dokter Henny Kartikawati Spesialis THT

RS SMC Telogorejo Semarang
RS Columbia Asia Semarang
Praktek Pribadi Jl. Murbei no 17 A Sumurboto Banyumanik Semarang
web pribadi https://hennykartika.com dan https://dokter-tht-spesialis.com

Mastoiditis

 

Definisi
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada  sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya)

Epidemiologi
Masih belum diketahui secara pasti , tetapi biasanya terjadi pada pasien-pasien muda dan pasien dengan gangguan system imu.

Patofisiologi / Etiologi
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae.
Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit.  Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri,  pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit.

Technorati Tags: ,

 

Gejala
Dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid. Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik  maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.
            Dari pemeriksaan fisik didapatkan

  • Kemerahan pada kompleks mastoid
  • Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir (warna bergantung dari bakteri)
  • Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
  • Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
  • Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lainnya.
  • Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnnya.

Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur mikrobiologi, pengukuran sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan adanya infeksi, pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya penyebaran ke dalam ruangan di dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya adalah CT-scan kepala, MRI-kepala dan foto polos kepala.

Tatalaksana
Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis.  Tetapi pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi. Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid. Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang normal.

Otitis Media Akut

Technorati Tags: ,,,

Otitis Media Akut (peradangan akut telinga tengah)

Definisi
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput permukaan telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif,  yang masing-masing memiliki bentuk yang cepat dan lambat.
Otitis Media Akut,  otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong  dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh ezim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsingnya sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin sering.

Epidemiologi
Banyak terdapat pada anak-anak

Patogenesis / Etiologi
Beberapa bakteri tersering penyebab otitis media akut adalah bakteri-bakteri saluran pernafasan bagian atas seperti streptokokus, stafilokokus dan hemofilus influenza.
            Beberapa perubahan yang terjadi dalam proses terjadinya Otitis media akut
Stadium penyumbatan tuba eustachius, tanda yang khas pada stadium ini adalah penarikan membran timpani pada telinga ke arah dalam akibat tekanan negatif yang ditimbulkan oleh sumbatan
Stadium Hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timbani atau seluruh membran timpani.
Stadium Supurasi, bengkak yang hebat pada selaput permukaan telinga tengah dan hancurnya sel-sel di dalam telinga tengah menyebabkan cairan yang kental tertimbun di telinga tengah
Stadium Perforasi, pecahnya membrane timpani, dan keluar cairan putih
Stadium Resolusi, perlahan-lahan membrane timpani akan menyembuh jika robekan tidak terlalu lebar, tetapi jika robekan lebar, stadium perforasi dapat menetap dan berubah menjadi Otitis Media Supuratif Kronik.

Gejala Klinis / Diagnosis
Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien, pada usia anak – anak umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga dan demam. Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya. Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa penih. Pada bayi gejala khas Otitis Media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Otitis Media Akut sangat bergantung pada stadiumnya, pada stadium oklusi pengobatan bertujuan untuk melebarkan kembali saluran eustachius, dengan pemberian obat tetes hidung berupa dekongestan, selain itu sumber infeksi harus segera diobati. Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, anti peradangan, dan anti nyeri. Pemilihan antibiotik lebih ditargetkan pada kuman-kuman yang sering menjadi penyebab. Pada stadium supurasi disamping pemberian antibiotik dapat dilakukan miringotomi yakni tindakan perobekan pada sebagian kecil membran timpani sehingga cairan yang kental dapat keluar sedikit-sedikit dan tidak menimbulkan lubang yang besar, sehingga membrane timpani tidak dapat menyembuh. Pada stadium perforasi dapat diberikan obat cuci telinga, dan antibiotik yang adekuat.