BRAIN Evoked Response Audiometry atau BERA merupakan alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan pendengaran, bahkan sejak bayi baru saja dilahirkan. Istilah lain yang sering digunakan yakni Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP) atau Brainstem Auditory Evoked Response Audiometry (BAE
Alat ini efektif untuk mengevaluasi saluran atau organ pendengaran mulai dari perifer sampai batang otak.
Berbeda dengan audiometry, alat ini bisa digunakan pada pasien yang kooperatif maupun non-kooperatif seperti pada anak baru lahir, anak kecil, pasien yang sedang mengalami koma maupun stroke.
tidak membutuhkan jawaban atau respons dari pasien seperti pada audiometry karena pasien harus memencet tombol jika mendengar stimulus suara. Alat ini juga tidak membutuhkan ruangan kedap suara khusus.
Berbagai kondisi yang dianjurkan untuk pemeriksaan BERA antara lain bayi baru lahir untuk mengantisipasi gangguan perkembangan bicara/bahasa. Jika ada anak yang mengalami gangguan atau lambat dalam berbicara, mungkin salah satu sebabnya karena anak tersebut tidak mampu menerima rangsangan suara karena adanya gangguan di telinga.
BERA juga dapat dimanfaatkan untuk menentukan sumber gangguan pendengaran apakah di cochlea atau retro choclearis, mengevaluasi brainstem (batang otak), serta menentukan apakah gangguan pendengaran disebabkan karena psikologis atau fisik. Pemeriksaan ini relatif aman, tidak nyeri, dan tidak ada efek samping, sehingga bisa juga dimanfaatkan untuk screening medical check up,
Penulis: hennykartika
LNH (limfoma Non Hodgkin)
1. LNH (limfoma Non Hodgkin) adalah sejenis kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit yang bisa tumbuh di kelenjar getah bening, limpa, sumsum tulang, darah maupun organ lain.
Gejala utama LNH adalah pembesaran kelenjar getah bening yang tidak menimbulkan nyeri dengan ukuran lebih dari 1 cm, dan terus membesar seiring dengan berjalannya waktu. Gejala lainnya demam, sering keluar keringat malam, penuruunan berat badan.
LNH ada 2 tipe yaitu indolen dan agresif.
Tipe indolen umumnya tumbuh lebih lambat, gejalanya tidak khas, namun sering kambuh, dan sulit untuk disembuhkan. Sedangkan tipe agresif memiliki ciri: Perbesaran kelenjar getah bening cepat, gejala penyakit jelas, tanpa pengobatan umumnya pasien akan meninggal dalam waktu rata-rata 6 bulan, tapi respon pada terapi yang dilakukan sangat tinggi –jadi lebih mudah untuk sembuh.
faktor risikonya berkaitan dengan penurunan daya tahan tubuh, adanya agen infeksi (virus Epstein-Barr, hepatitis C, atau HIV), kemudian adanya paparan herbisida dan pelarut organik (terutama pada peternak, pekerja hutan atau pekerja di sektor pertanian) dan faktor lainnya seperti diet tinggi lemak hewani, merokok, atau paparan sinar ultraviolet.
Pengobatan yang dilakukan meliputi kemoterapi, radioterapi, imunoterapi, dan cangkok sumsum tulang atau sel induk darah.Technorati Tags: LNH, limfoma, Non Hodgkin
Rinitis atrofi
Fungsi utama hidung dalam pernapasan adalah melembabkan udara yang dihirup untuk melindungi saluran napas bagian bawah. Pembuangan yang berlebihan dari mukosa hidung akan menyebabkan gangguan fungsi hidung. Pada keadaan berat, dapat terjadi rinitis atrofi. Keadaan ini ditandai dengan pembentukan krusta hidung yang besar
dan terus-menerus. Hal ini menyebabkan infeksi sekunder dan peradangan kronis pada mukosa hidung. Bila terjadi rinitis atrofi, belum ada metode yang direkomendasikan
untuk penanganannya.
Dapat dilakukan pembersihan hidung dan pembuangan krusta setiap hari. Irigasi dengan NaCl fisiologis dua kali sehari, spray NaCl setiap beberapa jam, dan penggunaan pelembab ruangan pada malam hari adalah langkah-langkah awal. Antibiotik dapat digunakan sementara, namun tidak memperbaiki keluhan untuk jangka panjang.
Pada keadaan berat, tindakan bedah untuk menutup atau menyempitkan hidung mungkin berguna.
Technorati Tags: Rinitis atrofi, konka
coba lagi
weee