PENATALAKSANAAN KARSINOMA NASOFARING

Terapi kanker nasofaring terutama meliputi radioterapi, operasi dan kemoterapi. Radioterapi merupakan terapi paling efektif, setiap pasien yang pada waktu diagnosis belum menunjukkan metastasis multipel harus terlebih dulu menerima radioterapi,atau radioterapi plus kemoterapi.  Operasi bukan pilihan pertama pada karsinoma nasofaring, umumnya hanya digunakan terhadap lesi yang tersisa pasca kemoterapi atau radioterapi.

Masalah dalam terapi karsinoma nasofaring sekarang ini adalah: efektivitas jangka pendek baik, efektivitas jangka panjang tidak ideal. Bagaimana meningkatkan

efektivitas? Setelah terapi konvensional gagal,bagaimana terapinya? Tindakan yang dapat dilakukan adalah:

1. Kemoterapi: sebelum radioterapi, sebelum terjadi fibrosis akibat radioterapi, ketika vaskularisasi local masih baik, gunakan kemoterapi, dapat mengurangi jumlah sel kanker, meningkatkan sensitivitas radioterapi. Kemoterapi pasca radioterapi dapatmembasmi mikrokarsinoma yang tersisa, mengurangi metastasis jauh.

2. Kemoterapi dan radioterapi serentak: dalam proses radioterapi ditambah kemoterapi, dapat menyusutkan tumor, memperbaiki pasokan darah, meningkatkan sensitivitas radioterapi. Banyak obat kemoterapiseperti DDP, MTX, FU, MMC dll. berefek meningkatkan sensitivitas terhadap radiasi, obat tertentu sepertihidroksilurea yang berefek terhadap fase sintesis DNA sel dapat menyeragamkan fase, sehingga kebanyakan sel kanker terhambat pada fase G1 hingga meningkatkan sensitivitas terhadap radioterapi.

3. Kemoterapi dengan kateterisasi ke arteri setempat:

melalui arteri temporalis superfisialis dilakukan kateterisasi retrograd menginfuskan obat kemoterapi dapat mencapai konsentrasi obat setempat yang tinggi untuk membasmi kanker. Ini sesuai terutama pada kanker lokal yang tidak remisi pasca radioterapi, atau pada rekurensi lokal menginfiltrasi p arafaring dan basis kranial.

4. Terapi fotodinamik: sel kanker dapat secara khusus mengikat zat fotosensitif, mula-mula disuntikkan zat fotosensitif, 48 jam kemudian dimasukkan serat optik hingga ke tepi kanker nasofaring, disalurkan laser merah 630nm. Di bawah penyinaran laser, zat fotosensitif mengatalisis molekul oksigen (O2) menjadioksigen tunggal yang berefek sitotoksik hingga membasmi sel kanker. Metode ini terutama sesuai bagi kanker yang tersisa di rongga nasofaring atau kasus yang sudah menginfiltrasi basis kranial. Untuk
pasien yang kambuh setelah terapi konvensional, metode ini dapat menjadi pilihan utama.

5. Implantasi biji iodium-125: di bawah panduan CT atau endoskop, terhadap lesi yang tertinggal atau rekuren, ditanamkan biji iodium-125. Biji itu dapat melepaskan sinar gama jarak pendek yang menyinarisecara kontinu jaringan kanker sekitarnya. Metode ini sederhana, efek sampingnya kecil.

6. Imunoterapi: dari pasien karsinoma nasofaring dikeluarkan darah tepinya, dipisahkan selmononukleusnya, ditambahkan interleukin-2 dandiinkubasi ekstrakorporal untuk menginduksi produksi sel dendritik. Kemudian dari pasien karsinomanasofaring dikeluarkan sel kankernya, dinonaktifkan,diinkubasikan bersama sel dendritik selama 7-10 hari,dapat dihasilkan vaksen sel dendritik anti karsinoma nasofaring. Vaksen ini lalu diinfuskan intravena atau diinjeksikan subkutis atau ke dalam kelenjar limfemetastasis.

Technorati Tags: , ,

Sitostatika

Beberapa sitostatika yang mendapat rekomendasi dari FDA (Amerika) untuk digunakan sebagai terapikeganasan didaerah kepala dan leher yaitu Cisplatin, Carboplatin, Methotrexate,5-fluorouracil, Bleomycin, Hydroxyurea, Doxorubicin, Cyclophosphamide,
Doxetaxel, Mitomycin-C, Vincristine dan Paclitaxel. Akhir-akhir ini dilaporkan penggunaan Gemcitabine untuk keganasan didaerah kepala dan leher.

Pembagian obat sitostatika  :
berasal dari tanaman : vincristine, vinblatine
antibiotika : bleomycin, doxorubicin, epirubicin, mytomicin
anti metabolit : metotrexate, 5- fluorouracil
alkilating agent : cyclophosphamide, chlorambucil, cisplatin, carboplatin
Miscellaneous : Procarbazine

Biasanya neoplasma yang respon terhadap kemoterapi adalah yang pertumbuhannya cepat ( pembelahan sel cepat ), sehingga terhadap sel normal yang pembelahannya cepat seperti sum-sum tulang, folikel rambut dan epitel mukosa akan mudah terkena dampak sitostatika juga.

Sehingga sitostatika juga terkait dengan siklus sel.
Mitosis terjadi pada fase :
G1 : presintesis
S : sintesis
G2 : post duplikasi
—–
G0 : istirahat

Cyclophosphamide
golongan alkilating agent
bekerja dengan cara mengganggu pertumbuhan sel dengan efek langsungnya terhadap DNA
Efek samping terhadap :

  • hematopoesis, tjd imunosupresi, limfosit paling terpengaruh, tjd amenore pada wanita, kerusakan spermatogenesis pada laki-laki
  • Cystitis
  • kerusakan hati mudah terjadi hematuri

Absorbsi peroral baik sehingga ada bentuk tabletnya 200 mg/ tablet . Untuk dosis injeksi 600 mg/lpt sedangkan oral 50-200 mg/lpt

Metotrexate

merupakan anti folat sehingga membutuhkan lekoforin ( asam folat) sebagai antidotum
Efek samping : depresi sumsum tulang, trobositopenia, granulositopenia, gangguan ginjal

Vincristine

alkaloid vinka yang banyak dipakai, bekerja menghentikan mitosis, efek ke sum-sum tulang rendah, toksisitas pada sistem saraf, konstipsi.
Bila bilirubin meningkat > 3 mg/dl dosis bisa diturunkan sampai 50 %

Doxorubicin ( Adriamycin )

merupakan derivat antibiotika , dihasilkan dari streptomyces, memiliki struktur cincin tertacyclin, bila bereaksi menhasilkan radikal anion superoksida yang bisa merusak sel. Efek samping : myelosupresi dan kardiomyopati. Obat ini tidak dapat menembus sawar otak.

Bleomycin 

Dibandingkan dengan obat lain efek myelosupresi paling rendah sehingga obat ini sering dikombinasi. Kerja bleomycin : memecah DNA. Efek samping : fibrosis paru, sakit kepala, nausea dan vomitus.

Kortikosteroid
Banyak dipakai menyertai sitostatika karen mempunyai efek limfoliti ( kemampuan menekan mitosis limfosit )  sehingga banyak digunakan untuk kasus lekemia dan LNH. Steroid in memiliki efek simpotomastis menekan panas, keringat dingin,rasa sakit dan dapat memperbaiki nafsu makan.

Untuk  kasus LNH jarang diberika kemoterapi tunggal karena hasilnya kurang baik, jadi lebih baik gunakan kombinasi

Technorati Tags: ,

LIMFOMA MALIGNA

LIMFOMA MALIGNA

adalah proliferasi neoplastik pada sistem retikuloendotelial dan sistem imun tubuh.
Gambaran klinis :
– pembesaran kelenjar linfe
– splenomegali
– hepatomegali
– kelainan sum-sum tulang
Bisa terjadi diluar sistem limfatik (ekstranodal) contoh saluran cerna, paru, kulit dan tulang
Limfoma ini sering dikaitkan dengan paparan zat karsinogenik.
Jenis terapi Limfoma maligna :
– Radiasi
– Sitostatika
– Imunoterapi
2 bentuk Limfoma
1. Limfoma Hodgkin
2. Limfoma Non Hodgkin
LNH (Limfoma Non Hodgkin) sebenamya merupakan tumor jenis limfogen dimana tumor jenis ini biasanya cukup responsif terhadap kemoterapi. LNH ini biasanya bermanifestasi di regio servikal dan kelenjar limfe cicin Waldayer, dan timbul gambaran klinis adanya masa di orofaring atau di nasofaring.
Penelitian Limfoma Non Hodgkin dalam 25 tahun ini, tujuan utamanya adalah mendapatkan agen terapi baru yang lebih efektif dari pada terapi standar seperti CHOP (cyclophosphamide, doxorobicin dan vincristine dan prednisone). Terapi tersebut dianggap masih memiliki tingkat kekambuhannya 31,5 % sampai 56,8 % dimana Complete Response dan survival rate yang rendah. Pada saat ini sebagai first line treatment digunakan rituximab yang dikombinasi dengan CHOP. Rituximab ( suatu monoklonal antibodi/ antibodi anti CD20 ) yang bisa mengatasi kasus-kasus relaps LNH terhadap agen kemoterapi.
Rituximab diindikasikan untuk kasus-kasus lymphoma stadium III-IV yang mengalami kemo-resistensi. Rituximab adalah sejenis imunoterapi yang disarankan untuk kasus-kasus DLBCL ( Diffuse Large B Cell Lymphoma ) stadium II – IV. Pada LNH indolen rekuren Rituximab efektif memberikan Overall Respons Rate pada 50% pasien. Rituximab tersedia dalam sediaan cair yang nantinya dilarutkan pada infus. Dosis yang bisa diberikan 375mg/m2 tiap minggu pada hari ke- 1,8,15,22.

METASTASIS

Metastasis tidak dimiliki oleh tumor jinak. Metastasis ini hanya dimiliki oleh tumor ganas, maka tumor ganas ini bisa menjadi fatal. metastasis terjadi karena multistep teori, setelah multihit theory —> multistep theory. Protoonkogen dan gen supresor tumor yang telah mutasi, mutasinya semakin parah, dimana sel-sel ganas lepas dari massa primernya yang kemudian menginvasi barier.

Eksisi tumor memang memberikan resiko terjadi mikrometastasis di tempat lain.

Jumlah sel 1-10 sel cukup untuk membuat mikrometastasis.

Keberhasilan metastasis ditentukan oleh :
1. hilangnya ikatan sel tumor dengan sel di dekatnya
2. menginvasi pembuluh darah dan limfe
3. mengatasi mekanisme pertahanan vaskuler
4. menempel pada endotel/ sub endotelial tempat sekundernya
5. intravasasi pada tempat sekundernya
6. membentuk jaringan pembuluh darah

Sifat sel kanker :
1. berproloferasi diluar kendali
2. berinvasi dengan membentuk koloni di tempat lain

Proses karsinogenesis

Inisiasi —> Promosi —-> Progresi

Pengikat antar sel adalah :
1. integrin
2. Cadherins
3. Selectin
4. CD44
5. VCAM, ICAM

Tumor angiogenesis tergantung dari Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF).
VEGF dibentuk oleh :
1. sel tumor yang agresif
2. VEGF menginduksi pembentukan pembuluh darah baru.
3. VEGF bekerja pada endotel vaskuler
4. ekspresi reseptor pada endotel vaskuler normal rendah, tapi tinggi pada pembuluh darah tumor.
5. pemberian monoklonal antibodi thd VEGF (r/ Avastin) bisa menghambat pertumbuhan tumor.